Selasa 18 Feb 2020 14:46 WIB

Tiga Anak di Bawah Umur Terlibat Tawuran di Cempaka Putih

Tawuran di Cempaka Putih pekan lalu menyebabkan satu orang meninggal

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Tawuran remaja (ilustrasi). Tawuran di Cempaka Putih pekan lalu menyebabkan satu orang meninggal.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Tawuran remaja (ilustrasi). Tawuran di Cempaka Putih pekan lalu menyebabkan satu orang meninggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Pusat mengungkapkan ada tiga anak di bawah umur terlibat tawuran di Cempaka Putih. Tawuran tersebut telah menewaskan pedagang pecel lele berinisial A pada pekan lalu.

"Orang tua para pelaku sudah datang dan mereka tidak sadar bahwa anak-anaknya masuk ke dalam kelompok ini (yang melakukan tawuran)," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto dalam pengungkapan kasus tawuran di Polres Metro Jakarta Pusat, Selasa (18/2).

Baca Juga

Setelah pengejaran lebih lanjut, ada tujuh orang yang ditangkap Polres Metro Jakarta Pusat karena terindikasi terlibat tawuran di Cempaka Putih pada Ahad (16/2). Mereka adalah DJ (18), SP (17), RM (19), AN (18), MO (19), AY (17), dan AS (16).

Ketujuhnya tergabung dalam sebuah kelompok bernama Melehoy 913 yang anggotanya sekitar 20 sampai 25 orang. Kelompok Melehoy 913 ini ingin menunjukkan eksistensi mereka dengan mengajak tawuran.

"Berdasarkan pengakuan mereka, siapapun boleh bergabung dengan menunjukkan aksi kriminal. Mereka beranggapan dengan melakukan hal tersebut bisa melakukan perekrutan," kata Heru.

Dalam penyelidikan diketahui SP dan DJ merupakan dua pelaku yang menyebabkan tewasnya pedagang pecel lele. Pedagang ini mencoba melerai para remaja itu saat melintasi kawasan permukiman warga.

"Kejadiannya, Alfi sebagai warga dan juga penjual pecel lele melarang dan melerai. Ternyata dia jadi salah satu korban meninggal karena sabetan celurit di punggungnya dan tidak tertolong sehingga meninggal," jelas Heru.

Heru berpesan agar masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak remaja menjaga pergaulan anaknya. Orang tua juga diminta mendampingi anaknya terutama di fase pencarian jati diri.

Menurutnya remaja masih mencari jati diri dan ingin menunjukkan eksistensi sepprti kelompok tersebut namun ini hal yang salah. "Awasi anak-anak kita supaya tidak salah bergaul dan masuk bergabung ke dalam kelompok seperti ini," kata Heru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement