Senin 17 Feb 2020 22:36 WIB

Surabaya Kembangkan Toko Kelontong Berbasis Digital

Toko kelontong harus bisa bersaing seiring berkembangnya kemajuan teknologi.

Toko kelontong di pasar tradisional.
Foto: Yusuf Assidiq.
Toko kelontong di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya siap mengembangkan toko kelontong berbasis pelayanan digital dan financial technology (fintech) berupa e-delivery dan e-payment dengan tujuan agar bisa bersaing seiring berkembangnya kemajuan teknologi.

"Pengembangan toko kelontong berbasis pelayanan digital ini sudah harus dilakukan mengingat toko kelontong harus bisa bersaing seiring berkembangnya kemajuan teknologi," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat audiensi dengan Direktur Keuangan Bank Jawa Timur (Jatim) Ferdian Timur Satyagraha di rumah dinas wali kota di Jalan Sedap Malam, Surabaya, Senin.

Pertemuan Wali Kota Risma dengan Direktur Keuangan Bank Jatim tersebut membahas kerja sama terkait pengembangan toko kelontong terhadap pelayanan berbasis digital dan Financial Technology (Fintech) kepada masyakat yakni e-delivery dan e-payment.

Untuk itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini langsung mempertemukan pihak Bank Jatim dengan startup Koridor Co-working space di Siola yang akan merealisasikan konsep tersebut.

Risma menjelaskan saat ini perputaran uang yang terjadi di toko kelontong berjalan cukup pesat. Menurutnya, jenis usaha kebutuhan dasar semacam ini akan berjalan cepat. Hal ini terbukti saat Risma pernah memberikan modal senilai Rp10 juta dengan uang pribadinya di salah satu pengelola toko kelontong di Surabaya.

"Alhasil setelah tiga bulan perputaran uang menjadi Rp90 juta. Sekarang sudah jadi kayak mini market. Kalau ini berhasil maka akan melebihi apapun," ujarnya.

Meskipun berat, namun Wali Kota Risma optimistis bahwa program ini akan menjadi sesuatu yang besar dikemudian hari. Terlebih, jika sudah sampai sentra PKL.

"Tanpa disadari Bank Jatim sudah punya e-market. Semua itu jaringannya sudah jelas dengan jumlah yang cukup besar. Tiba-tiba anda punya e-payment, e-delivery. Meskipun awalnya cukup berat karena harus membangun sistemnya. Tapi pasti bisa," ujarnya.

Pascapertemuan ini, Wali Kota Risma meminta pihak bank untuk berkoordinasi langsung dengan startup Koridor Co-working space dan segera melakukan langkah awal untuk membangun sistemnya.

"Silahkan nanti langsung komunikasi dengan mereka. Anak-anak ini adalah anak-anak yang sudah berhasil bukan hanya dari dalam negeri saja tapi dari luar negeri juga," kata Risma.

Mendegar hal itu, Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Satyagraha menyampaikan kesediaannya dalam mendukung program Pemkot Surabaya. Bagi dia, ini adalah gerakan yang bagus dalam mengembangkan startup lokal berbasis fintech.

"Kami siap mendukung karena kami bagian dari Kota Surabaya. Kita lebih konsen ke payment sistemnya dengan activity dari startup-nya itu sendiri. Secepatnya kita akan bahas," kata Ferdian.

Untuk itu, Ferdian berharap, dari kerja sama ini melahirkan dampak positif di sisi sosial maupun sisi bisnis. Bank Jatim bersedia kontribusi membangun startup lokal agar bisa tumbuh lebih besar.

"Bank Jatim juga sudah berubah. Kita bisa fokus di milenial, UKM yang berbasis teknologi," katanya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement