REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawans telah mengajak dialog para tokoh adat masyarakat Tengger, komunitas penyedia jeep, komunitas penyedia kuda, hingga sahabat gunung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), terkait pengembangan wilayah tersebut, sesuai Perpres nomor 80 tahun 2019, tentang Percepatan Pembangunan Jawa Timur.
Dialog yang dilakukan, dimaksudkan untuk menyerap aspirasi masyarakat terkait rencana pengembangan kawasan BTS tersebut. Sebagaimana tertuang dalam Perpres tersebut kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS) menjadi salah satu kawasan prioritas pembangunan wisata di Jawa Timur.
Wisata BTS digadang untuk menjadi wisata Bali baru di Indonesia. Khofifah ingin agar dalam proses pembangunan kawasan BTS, masyarakat juga dilibatkan dalam memberikan rekomendasi strategis.
"Untuk nendapatkan apa yang terbaik bagi masyarakat Tengger, supaya budayanya terjaga, alamnya terlindungi, dan masyarakat adat menjadi pemilik seputaran Bromo. Tentu kita harus mendengar bagaimana masyarakat wilayah Tengger melihat pembangunan BTS ke depan, rekomendasi mereka ini menjadi masukan yang sangat strategis," kata Khofifah di Surabaya, Ahad (16/2).
Khofifah menyatakan, saat menggelar rapat dengan kementerian dan pihak terkait, Pemprov Jawa Timur telah menyampaikan jika pembangunan kawasan BTS melibatkan investor. Pemprov Jatim menawarkan adanya sistem obligasi daerah. Sehingga, 4 kabupaten-kota yang menjadi penguat BTS harus menjadi pemilik kawasan BTS.
"Jika ada proses pembangunan yang menarik investor kami menawarkan ads skema obligasi daerah. Kita ingin 4 daerah yang ada di seputaran BTS harus menjadi pemilik dari kawasan BTS," ujar mantan Mensos tersebut.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu melanjutkan, persiapan pembangunan fisik di kawasan wisata BTS akan dilakukan pafa 2021. Sedangkan untuk tahun ini dikebut untuk penyusunan perencanaan detailnya.
Salah satu ikon yang akan dibangun di kawasan wisata BTS adalah pembangunan kereta gantung. Dia pun menghimpun masukan titik mana dan respon masyarakat terkait daya dukung alam dan lingkungan terkait pembangunan kereta gantung tersebut.
Petinggi adat Tengger, Supoyo menyampaikan, sejumlah rekomendasi masyarakat Tengger dalam rangka perencanaan pembangunan kawasan wisata BTS. Poinnya, masyarakat Tengger ingin menjadi pelaku dan bukan hanya sebagai penonton. "Untuk Jeep dan motor masyarakat Tengger mengusulkan agar dibuat track khusus lereng gunung. Jadi tidak masuk ke tengah pasir. Sementara pasir berbisik hanya untuk kuda. Ini untuk mengembalikan landscape pasir seperti dulu," kata Supoyo.
Untuk kereta gantung mereka mengusulkan agar rutenya dibuat dari puncak B29 kemudian dilanjut ke B30 dan kemudian baru ke Bromo. Dia juga mengusulkan agar SMK Pariwisata di Sukapura dikembangkan.