Sabtu 15 Feb 2020 00:01 WIB

Pariwisata Labuan Bajo dan Pulau Komodo Dapat Dukungan BMKG

BMKG telah meningkatkan kualitas fasilitas pemantau cuaca di dua lokasi wisata ini.

Sejumlah kapal wisata jenis pinisi berlabuh di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT Selasa (22/1/2020).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Sejumlah kapal wisata jenis pinisi berlabuh di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT Selasa (22/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kesiapannya dalam mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo. Dalam hal ini, BMKG siap mengawal dua destinasi wisata dunia tersebut dari ancaman cuaca dan iklim ekstrem serta dari gempa bumi dan tsunami.

 

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat, Sti Nenot’ek mengatakan, sejak 1997, Stasiun Meteorologi BMKG Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, mulai mengoperasikan layanan informasi cuaca untuk penerbangan, pelayaran dan publik di daerah tersebut serta untuk  Wilayah NTT. Selanjutnya mulai tahun 2008, telah dikembangkan pula sistem pemantauan gempabumi dan peringatan dini tsunami di daerah tersebut.

 

Saat ini, kata dia, dalam upaya menunjang pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, BMKG telah meningkatkan kualitas fasilitas alat pemantau cuaca. Ini ditu jang oleh teknologi digital otomatis, serta merapatkan jaringan peralatan dan sistem digital  pemantauan gempa bumi dan peringatan dini tsunami .

 

"Dengan ini kami menginformasikan bahwa, BMKG siap mengamankan program pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, dengan menguatkan sistem pemantauan dan peringatan dini multi bahaya geo-hidro meteorologi," kata Sti Nenot’ek, Jumat (14/2).

 

Dia mengatakan, adapun penambahan peralatan digital yang sudah terpasang di Labuan Bajo dan Pulau Komodo diantaranya, Radar Meteorologi Maritim. Ini telah terpasang sejak tahun 2018, berfungsi untuk mendeteksi arus dan ketinggian gelombang ataupun tsunami yg berpotensi terjadi di sekitar Pelabuhan Labuan Bajo.

 

"Kemudian AWOS (Automatic Weather Observing System), alat untuk memberikan informasi cuaca terkait take-off dan landing pesawat di Bandar Udara Komodo telah terpasang sejak tahun 2015, dan Sensor Seismic (Seismograph) yaitu alat untuk memberikan informasi terkait gempabumi dan tsunami, terpasang sejak tahun 2019 yang lalu," ujar dia.

 

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menambahkan, seluruh peralatan yang terpasang tersebut sangat vital untuk memperkuat Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-hidrometeorologi (gempabumi, tsunami, gelombang tinggi dan cuaca ekstrem). Sehingga, potensi bencana geohydrometeorologi dapat dimitigasi secara tepat dan lebih dini. 

 

"Selain penyiapan peralatan monitoring dan sistem peringatan dini, penguatan pemahaman terhadap cuaca dan iklim serta potensi bahayanya, juga dilakukan melalui program sosialisasi bagi para nelayan dan pemilik kapal-kapal wisata, agar mereka lebih paham terhadap fenomena cuaca dan iklim yang dapat mempengaruhi aktivitas mereka di laut," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement