REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Indira Rezkisari, Antara
Angka pasien positif virus corona jenis baru atau Covid-19 masih terus bertambah. Pimpinan politik di kawasan yang paling terdampak, yakni Hubei, pun terimbas perombakan jabatan.
Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) merombak secara besar-besaran jajaran pengurus partai penguasa itu di Kota Wuhan dan Provinsi Hubei di tengah meningkatnya kematian akibat wabah virus corona yang telah mencapai 1.487 orang. "Keputusan ini dibuat oleh pimpinan pusat atas berbagai pertimbangan dan berdasarkan kebutuhan dalam mencegah dan mengendalikan wabah sebaik mungkin," kata Wakil Ketua Bidang Organisasi Komite Sentral CPC Wu Yuliang kepada pers di Beijing, Kamis (13/2).
Wali Kota Shanghai Ying Yong ditunjuk sebagai Sekretaris CPC Provinsi Hubei menggantikan Jiang Chaoling. Sekretaris merupakan jabatan tertinggi partai di berbagai level kepengurusan.
Pada hari yang sama, Sekretaris CPC Kota Jinan, Provinsi Shandong, Wang Zhonglin, diangkat menjadi pimpinan tertinggi partai itu di Kota Wuhan menggantikan Ma Guoqiang. Ying dan Wang tercatat memiliki reputasi dan pengalaman panjang di bidang politik dan hukum di partai pemerintah tersebut.
Namun tidak ada informasi yang pasti, ke mana Jiang dan Ma selepas dicopot dari jabatan tertinggi partai di daerah episentrum wabah virus corona jenis baru yang menyerang paru-paru itu.
Saat melakukan inspeksi di Beijing pada Senin (10/2), Presiden China sekaligus Sekretaris Jenderal Komite Sentral CPC Xi Jinping mengatakan bahwa para pejabat dan pengurus partai harus bisa bekerja dengan baik dalam menghadapi tantangan melawan wabah Covid-19 itu. Sejak wabah mematikan itu berjangkit, pemerintah pusat di Beijing telah mengirimkan tim inspeksi untuk memandu upaya pengendalian di Provinsi Hubei.
Beberapa pejabat dan pengurus partai di daerah itu diinterogasi. Mereka dikenai sanksi hukum atas kegagalannya dalam menjalankan tugas pencegahan dan pengendalian wabah penyakit.
Sebelumnya Sekretaris Komisi Politik dan Hukum Komite Sentral CPC Chen Yixin dipulangkan ke Provinsi Hubei sebagai wakil ketua tim pencegahan dan pengendalian penyakit menular bentukan pemerintah pusat sejak Senin (10/2) lalu. Chen pernah menjabat Wakil Sekretaris CPC Provinsi Hubei dan Sekretaris CPC Kota Wuhan selama periode Desember 2016-Maret 2018 sebelum mendapatkan posisi strategis di kesekjenan.
Singapura sampai saat ini masih berstatus oranye wabah Virus Corona, sebanyak 47 orang positif terjangkit virus corona.
Sementara mantan Wakil Kepala Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Wang Hesheng telah ditunjuk sebagai Direktur Komisi Kesehatan Provinsi Hubei.
Berdasarkan data Jumat (14/2), selain 116 kasus kematian baru sehingga menjadi 1.487 kasus, jumlah kasus positif dan terduga Covid-19 juga menunjukkan eskalasi hingga masing-masing menjadi 63.753 dan 13.435. Jumlah pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh sebanyak 6.753 di seluruh China.
Secara umum, infeksi kasus Covid-19 memang mengalami perlambatan. Namun Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan segala perlambatan yang terlihat dalam penyebaran epidemi harus dilihat dengan sangat hati-hati.
“Wabah ini masih bisa mengarah ke segala arah,” kata Ghebreyesus saat memberi pengarahan di Jenewa, Swiss.
Upaya China menangani penyebaran virus corona dianggap tidak cukup transparan oleh Amerika. Pejabat senior Gedung Putih, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (14/2).
"Kami agak kecewa karena belum diundang ke sana dan kami agak kecewa dengan minimnya transparansi dari China," ujar Direktur Konsil Ekonomi Presiden Donald Trump, Larry Kudlow.
Trump pekan lalu memang sudah memuji langkah Xi Jinping merespons virus yang kini sudah menginfeksi 60 ribu orang tersebut. Tapi Kudlow mengatakan banyak pertanyaan belum terjawab. Dan, tidak ada tanda-tanda kerja sama seperti dijanjikan.
"Presiden Xi waktu itu meyakinkan Presiden Trump bahwa China fokus menuntaskan wabah dan akan ada keterbukaan. Mereka akan menerima bantuan kami," katanya.
Amerika memastikan siap untuk bekerja sama dengan PBB dan WHO. "Tapi mereka tidak mengizinkan kami. Saya tidak tahu apa motif mereka. Yang saya tahu makin banyak orang yang menderita di sana," ujarnya lagi.
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Dia menambahkan ketidakyakinannya kalau Politburo bersikap jujur. Politburo adalah badan petinggi di partai komunis China.
Duta Besar China untuk PBB mengatakan negaranya sudah bersikap transparan dan sangat responsif terhadap upaya penanganan virus corona. "Menghadapi epidemi, kami selalu menerapkan prinsip keterbukaan, transparan, sikap tanggung jawab yang tinggi," ujar Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun.
"Kami sudah melaporkan epidemi ini ke WHO, negara terkait, Hong Kong, Makau, Taiwan juga secepatnya. Termasuk membagi sekuens genetik virus dan aktif berkomunikasi dengan negara lain untuk memberi respons terbaik," katanya.
Zhang Jun termasuk mengutarakan keseriusan China menangani corona dengan mengunci kota-kota tertentu. Seperti menutup 56 juta jiwa di Provinsi Hubei.
Katanya, langkah tersebut diambil bukan hanya demi melindungi China. Tapi juga dunia.
Ketika menangani SARS di 2002-2003, China banyak dikritik publik karena dianggap tidak terbuka. WHO namun disebut memuji langkah yang sudah diambil Beijing untuk menangani virus corona.
Sorotan terhadap transparansi muncul setelah dokter yang mengunggah di Facebooknya akan bahaya penyakit pneumonia, ketika itu belum diidentifikasi sebagai corona, dipanggil polisi. Dia akan menyebarkan informasi yang meresahkan publik.
Dokter tersebut akhirnya meninggal dunia akibat corona. Penyakit yang sudah diperingatkannya sejak Desember 2019.
Infografis Virus Corona.