Kamis 13 Feb 2020 14:49 WIB

Isu Corona Berpengaruh ke Iklim Investasi Jabar

Isu corona membuat gusar Pemprov Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Hafil
Isu Corona Berpengaruh ke Iklim Investasi Jabar. Foto: Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
Isu Corona Berpengaruh ke Iklim Investasi Jabar. Foto: Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Isu virus corona, berpengaruh pada iklim investasi di wilayah Jabar. Beberapa jadwal pertemuan dengan delegasi luar negeri harus dijadwal ulang untuk memastikan semua tetap berjalan aman.

Menurut Ridwan Kamil, ia belum melakukan hitung-hitungan terkait pengaruh isu corona terhadap investasi. Menurutnya, ada beberapa barang impor datang dari Cina yang notabene negara pertama sumber virus.

Baca Juga

"Sedang dihitung apakah ada (pengaruh negatif untuk investasi). Tapi, kalau dampak wisatawan sepertinya tidak terlalu signifikan karena kebanyakan wisatawan datang ke Jabar itu dari negara timur tengah ketimbang yang dari Tiongkok,” Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (13/2).

Namun, kata Emil, di sisi lain ia optimistis bahwa iklim investasi tetap berjalan baik. Walaupun, aktivitas menerima kunjungan atau acara yang melibatkan investor dari negara lain sedikit melambat. Contohnya, Taiwan Expo yang dijadwalkan bulan Februari ditunda hingga November.

"Bukan hilang, semua hanya menjadi selow aja. Jadi bisnis meeting berkurang. Jadi ada delay, bukan pemberhentian," katanya.

Iklim investasi ini, kata dia, membuat gusar pemerintah Provinsi Jawa Barat. Karena, Realisasi investasi di sepanjang tahun 2019 untuk wilayah Jawa Barat cukup impresif.

Data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jawa Barat, realisasi investasi di Jawa Barat tercatat sebesar Rp 137,5 triliun mengungguli DKI Jakarta sebesar Rp 123,9 triliun. Di Jawa Tengah tercatat sebesar Rp 59,5 triliun, Jawa Timur Rp 58,5 triliun dan Banten Rp 48,7 triliun.

Sementara menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat, Dadang Masoem, data tersebut menjadi indikator iklim usaha di Jawa Barat sangat kondusif. Hal lain yang menjadi penentu adalah adalah kemudahan perizinan meski belum menggunakan secara maksimal sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (PBTSE) atau lebih dikenal dengan sistem Online Single Submission (OSS).

Sistem yang digunakan sejauh ini, kata dia, adalah sistem Informasi Pelayanan Perizinan Terpadu untuk Publik (Simpatik) tetap membuat proses perizinan tidak terganggu. Adapun kunjungan Gubernur Jawa Barat ke sejumlah negara terkait penawaran investasi sepanjang tahun 2018 hingga 2019 ia sebut akan berpengaruh signifikan pada tahun ini.

Arab Saudi menjadi negara yang diincar dalam mendongkrak realisasi investasi di Jawa Barat. Dampaknya baru akan terlihat pada tahun 2020 ini

 "Karena beberapa sudah MoU,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement