Rabu 12 Feb 2020 16:33 WIB

Dua Warga Bandung Meninggal Akibat Demam Berdarah

Saat ini, jumlah kasus DBD di Kota Bandung mencapai 218 kasus.

Rep: Muhammad Fauzi Rdwan/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah anak yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD)
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Sejumlah anak yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bandung yang meninggal dua bulan terakhir bertambah. Pada Januari lalu, satu orang bocah berusia 12 tahun meninggal akibat terserang DBD. Februari ini seorang balita meninggal akibat penyakit yang sama.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr Rosye Arosdiani Apip mengatakan kedua warga tersebut terlambat ditangani oleh petugas kesehatan sehingga menyebabkan meninggal dunia. Saat ini, katanya jumlah kasus DBD di Kota Bandung mencapai 218 kasus. "Dua yang meninggal, rata-rata (yang meninggal) terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan," ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (12/2).

Baca Juga

Menurutnya, jumlah kasus tersebut masih akan terus berubah. Sebab, masih banyak rumah sakit yang belum melaporkan ke dinkes.

Ia mengatakan, penyebaran kasus DBD di Kota Bandung hampir merata muncul di tiap kecamatan. Menurutnya, kasus saat ini cenderung lebih sedikit dibandingkan tahun 2019 pada bulan Januari-Februari yaitu mencapai 300 kasus.

"Tahun kemarin (yang meninggal) belum muncul (periode Januari-Februari). Kalau melihat data hampir merata (penyebaran), satu dengan yang lain kecamatan agak berbeda, saya tidak bilang terkonsentrasi di satu tempat tapi merata," katanya.

Upaya pencegahan yang dilakukan, Rosye mengatakan Dinkes secara rutin melakukan gerakan satu rumah satu jumantik satu pekan sekali. Menurutnya, gerakan tersebut mendorong pemilik rumah membersihkan tempat-tempat yang dicurigai sebagai sarang nyamuk baik di dalam dan luar rumah.

"Pada musim hujan, dititikberatkan (bersih-bersih) di luar rumah. Di dalam rumah, pada musim hujan atau tidak tetap harus menjadi perhatian. Kamar mandi disikat seminggu sekali, tempat yang memungkinkan menampung air dibersihkan," katanya.

Selain itu, pihaknya pun rutin melakukan //fogging. Menurutnya, jika muncul kasus DBD di rumah sakit maka pihak pengelola akan mengirimkan surat ke puskesmas mengenai warga yang terkena DBD. Dari sana katanya, puskesmas akan menilai apakah diperlukan //fogging atau tidak.

Rosye mengatakan para petugas di puskesmas terus diingatkan untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus DBD yang muncul di wilayahnya. Sehingga, menurutnya dengan itu bisa dilakukan pencegahan agar tidak menyebar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement