REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menilai riset yang dilakukan oleh peneliti dari Harvard TH Chan School of Public Health soal penyebaran virus corona di Indonesia terlalu mengada-ada. Menurutnya, Indonesia sama sekali tak menutupi data terkait pasien virus corona.
"Ya menurut saya kecurigaan itu mengada-ada. Ya Harvard suruh ke sini lah saya buka pintunya untuk melihat, jadi kita tidak ada yang ditutupi. Bahkan dari Amerika saya bilang lihat sendiri, dan itu alat yang dipakai alat dari Anda sendiri. Menurut saya di era keterbukaan ini tidak ada barang yang ditutupi," ujar Terawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2).
Ia menegaskan, tak ditemukannya kasus virus corona di Indonesia karena kuasa Tuhan. Selain itu, pemerintah pun juga telah melakukan pemeriksaan secara ketat dan sesuai standar.
Sebelumnya, lima peneliti dari Harvard TH Chan School of Public Health melakukan riset terhadap penyebaran the 2019 Novel Coronavirus (2019-nCov) yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan, China.
Kasus penyakit akibat virus Corona itu meningkat drastis hingga mencapai lebih dari 75.000 kasus pada 25 Januari 2020 dan menyebabkan Kota Wuhan diisolasi. Pada 4 Februari 2020, kasus tersebut menjadi internasional dengan laporan telah terjadi di 28 negara.
Penelitian tersebut menggunakan model Poisson, dengan menghitung jumlah kasus 2019-nCoV yang terkonfirmasi di luar daratan China terhadap jumlah penumpang penerbangan internasional langsung dari Bandara Wuhan ke negara lain.
Diskusi hasil penelitian tersebut menunjukkan korelasi positif antara jumlah penumpang yang melakukan perjalanan udara dari Wuhan terhadap meningkatnya kasus Corona di negara lain. Negara-negara yang memiliki penerbangan langsung dari Wuhan diperkirakan terdapat kasus Corona dengan lebih dari penghitungan 95 persen interval prediksi (PI).
"Di Indonesia dan Kamboja, yang memiliki penerbangan langsung dari Wuhan selama wabah Corona merebak, jumlah kasusnya berada di bawah batas 95 persen PI dan dilaporkan satu sampai nol kasus hingga kini," demikian ditulis dalam hasil riset tersebut.
Penelitian tersebut merekomendasikan Indonesia dan Kamboja untuk memperketat pengawasan dan pengendalian, untuk memastikan kasus Corona terdeteksi.