Ahad 09 Feb 2020 16:45 WIB

Banjir Jakarta Terus Terjadi Akibat Curah Hujan Ekstrem

Hujan pada Sabtu (8/2) di Jakarta masuk kategori ekstrem karena capai 224 mililiter.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah kendaraan roda dua dan empat melintas di jl WR Suprapto Jakarta, yang terendam banjir,  Sabtu (8/2).
Foto: darmawan / republika
Sejumlah kendaraan roda dua dan empat melintas di jl WR Suprapto Jakarta, yang terendam banjir, Sabtu (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan ini beberapa kawasan di Jakarta kembali mengalami banjir dengan ketinggian bervariasi. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut curah hujan yang tinggi dan cenderung ekstrem menjadi penyebabnya, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait curah hujan dalam sepekan terakhir.

Anies mengungkapkan ramalan cuaca dari BMKG memang menyebutkan berbagai wilayah di Indonesia itu mengalami hujan yang cukup deras. Wilayah Jakarta juga tidak terkecuali. "Kemarin sejak dini hari, Sabtu dinihari Jakarta mengalami curah hujan yang cukup tinggi bahkan ekstrem," kata Anies kepada wartawan, Ahad (9/2).

Baca Juga

Sesuai penjabaran BMKG, jelas Anies, curah hujan itu disebutkan di antara 50 sampai 100 milimeter adalah lebat, bila 100-150 milimeter disebut sangat lebat dan bila di atas 150 mm adalah ekstrem. Anies menegaskan berdasarkan prediksi BMKG, hujan yang kemarin dialami di Jakarta itu sampai dengan 244 milimeter.

"Kita mengalami curah hujan yang cukup dan sangat ekstrem di atas 150 milimeter dan kita mengalami atas 240 milimeter," ujarnya.

Namun demikian, Anies mengklaim Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui instansi terkait sudah mengantisipasi banjir dengan kondisi hujan yang sangat ekstrim tersebut. Pemprov DKI menyiagakan seluruh jajaran yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian air hujan.

Tempat-tempat yang mengalami curah hujan yang amat intensif, maka semua infrastruktur, alat alat dan petugas akan semua disiagakan untuk mengendalikan banjir. Anies mengingatkan posisi Jakarta merupakan kawasan pesisir, sehingga curah hujan yang tinggi di kawasan hulu, membawa air dengan volume yang cukup besar ke kawasan pesisir.

"Kemarin di Jakarta mulai jam 10 malam kita sudah mulai siaga pada hari Jumat malam. Karena kita menyaksikan pintu air di bendung Katulampa sudah mengalami peningkatan status kesiagaan. Dan kemarin sudah sampai puncaknya dan lewat sehingga terjadi terkendali dengan baik," imbuhnya.

Ke depan, kata Anies, petugas akan selalu siaga bersiap mengantisipasi banjir. Ia juga berharap kepada seluruh masyarakat ikut mengantisipasi, karena curah hujan yang ekstrem.

"Saya sampaikan di atas 150 milimeter itu ekstrem dan kita sampai mengalami di atas 240 milimeter. ini yang harus kita sama-sama antisipasi," harapnya.

Dengam curah hujan ekstrim seperti itu, menurut dia, apabila semua pihak termasuk warga tidak mengantisipasi, bukan hanya tempat yang dialiri sungai saja yang banjir. Namun tempat-tempat yang tidak ada aliran sungainya juga memungkinkan banjir.

Ia berharap warga juga menjaga kebersihan saluran air di semua tempat. Sambungan-sambungan drainase satu tempat dengan tempat lain harus tetap lancar dan diantisipasi bersama.

Sebelumnya, hujan mengguyur sejumlah wilayah di Jakarta pada Jumat malam (7/2) hingga Sabtu siang (8/2). Kondisi ini membuat sebagian jalan dan permukiman warga terdampak genangan.

Pada Sabtu (8/2) pukul 18.00 WIB, wilayah yang terdampak genangan, yaitu Jakarta Pusat (4 RW), Jakarta Utara (24 RW), Jakarta Barat (9 RW), Jakarta Selatan (12 RW), dan Jakarta Timur (50 RW). Ketinggian genangan saat itu yakni sekitar 10 - 30 cm hingga 70 - 100 cm.

Berdasarkan data dari Pusdatin BPBD Provinsi DKI Jakarta, hingga Ahad (9/2) pagi, pukul 06.00 WIB, genangan tersisa terdapat di Jakarta Timur (13 RW). Sedangkan, wilayah lain telah surut dan selesai ditangani oleh Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta dan PPSU Kelurahan.

"Ketinggian air di 13 RW Jakarta Timur saat ini sekitar 10 - 30 cm dan 60 - 90 cm. Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan meluapnya Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kali Buaran, dan Kali Jati Kramat," ujar Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Subejo.

Subejo menambahkan, penanganan yang telah dilakukan yaitu pengerahan pompa dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta dan dibantu oleh PPSU Kelurahan terkait. "Dari BPBD, kami juga menyiapkan bantuan kebutuhan pokok, seperti air mineral, tikar, terpal, matras, biskuit, selimut, peralatan mandi, hingga perlengkapan anak-anak. Semua yang dibutuhkan warga itu kami bantu siapkan," imbuhnya.

Saat ini, terdapat 8 (delapan) lokasi pengungsian di Jakarta Timur. Kendati genangan di Kota Administrasi lainnya telah surut, namun sejumlah warga masih mengungsi. Di antaranya, di Jakarta Utara, terdapat 1 (satu) lokasi pengungsian; dan di Jakarta Selatan, terdapat 2 (dua) lokasi pengungsian.

Sebagian warga yang masih mengungsi tersebut lantaran menunggu pembersihan lokasi pascabanjir, yang mana air telah surut di tempat tinggal mereka. Pemprov DKI Jakarta terus bersiaga selama musim penghujan.

Melalui Satgas Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Satgas Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, BPBD Provinsi DKI Jakarta, dan PPSU Kelurahan, Pemprov DKI Jakarta mengerahkan pompa mobile, membersihkan dan melancarkan tali air, membersihkan sampah maupun lumpur di saluran air, untuk memastikan genangan cepat surut, baik itu di ruas jalan hingga kawasan permukiman.

 

Selain itu, petugas gabungan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Kelurahan, Kecamatan, dan Puskesmas turut dikerahkan guna memastikan kondisi warga terdampak genangan dan menyiapkan lokasi pengungsian.

Petugas gabungan juga mendistribusikan disinfektan untuk permukiman warga yang terdampak banjir dan genangan, guna meminimalisir penyebaran penyakit pascabanjir dan genangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement