REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahalnya harga cabai di DKI Jakarta membuat pasokan dari sentra-sentra produksi komoditas tersebut di Pulau Jawa ke Pasar Induk Kramat Jati berkurang. Kekurangan tersebut, kata Manajer Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Inti Pratiwi, karena sebagian besar cabai dipasok dari wilayah Jawa.
"Sementara panen cabai di Jawa menurun akibat cuaca," kata Inti, Jumat (7/2).
Inti mengatakan, pemerintah berupaya memasok cabai dari luar Pulau Jawa untuk memenuhi kebutuhan cabai di wilayah DKI Jakarta sejak dua pekan yang lalu. Pemerintah menemukan sumber panen cabai di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Panen di kabupatenitu menyuplai kebutuhan cabai di Pasar Induk KramatJati untuk menyetabilkan harga.
Pasokan dari Kabupaten Wajo mampu memenuhi kebutuhan stok cabai di Pasar Krama Jati. Saat ini. Pasar Kramat Jati membutuhkan rerata 20 ton per hari untuk cabai rawit merah.
"Hari ini sudah pengiriman yang ke delapan kali, sekali kirim kita pasok 10 hingga 12 ton per hari," kata Inti.
Cabai tersebut langsung dibeli dari petani di Kabupaten Wajo dan dikirim langsung ke Jakarta menggunakan penerbangan yang biayanya pengiriman udara ditanggung oleh negara. Dalam hitungan hari, cabai sudah masuk ke Pasar Induk Kramat Jati, hari ini dipesan hari itu juga sampai.
Dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah membiayai pengiriman cabai dari Wajo ke Krama tJati hendaknya pedagang dapat menjual cabai dengan harga yang lebih ramah bagi masyarakat.