Jumat 07 Feb 2020 17:22 WIB

BKKBN: Bangun SDM Unggul Lewat Lingkungan Keluarga

Keluarga memiliki delapan fungsi utama dalam membentuk SDM unggul.

Rep: Sylvi Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
BKKBN: Bangun SDM Unggul Lewat Lingkungan Keluarga. Foto: Ilustrasi Keluarga Bahagia
Foto: Foto : MgRol_93
BKKBN: Bangun SDM Unggul Lewat Lingkungan Keluarga. Foto: Ilustrasi Keluarga Bahagia

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi prioritas utama. Hal ini, dapat dimulai dari lingkungan terkecil yakni lingkungan keluarga.

"Pembangunan SDM menjadi prioritas utama untuk mewujudkan SDM yang pekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi," kata Hasto dalam pelantikan Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Ukik Kusuma Kurniawan, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (7/2).

Baca Juga

Menurut Hasto, keluarga memiliki delapan fungsi utama dalam membentuk SDM unggul. Yakni fungsi agama, kasih sayang, perlindungan, sosial budaya, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan.

"BKKBN memegang peran penting sekali karena yang bisa mengawali generasi unggul adalah produknya generasi ini," ujar Hasto.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pihaknya tengah menyusun program keluarga tangguh. Hal ini sangat diperlukan mengingat maraknya aksi kejahatan jalanan yang terjadi di DIY.

"Yogya darurat klitih (kejahatan jalanan). Sehingga kalau keluarga itu punya masalah, kami ingin kami masuk," kata Sultan.

Ia menuturkan, banyak aspek yang menyebabkan terjadinya kejahatan jalanan ini. Salah satunya yakni kurangnya perhatian dari orang tua.

"Sekarang tiap orang punya HP, anaknya punya HP, bapak dan ibunya punya HP.  Dan juga, rata-rata karena (diberikan) sepeda motor," jelasnya.

Selain itu, pernikahan dini juga masih menjadi masalah di DIY. Menurut Sultan, perlu dilakukannya pendekatan pada aspek kultural.

Dalam hal ini, mengubah pola pikir masyarakat dengan pendekatan kultural. Sehingga, angka pernikahan dini pun dapat ditekan.

"Yang diubah bukan hanya anaknyax tapi orang tuanya juga yang beranggapan cepat nikah lebih baik untuk meringankan beban orang tua," ujar Sultan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement