REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dito Ganinduto mengatakan kemelut yang terjadi di industri asuransi Tanah Air tak lepas dari peran pemegang saham dalam menangani defisit perusahaan. Hal ini dia katakan usai RDPU dengan asosiasi asuransi di Gedung DPR, Rabu (5/2). Dito menilai defisit besar yang menimpa beberapa perusahaan asuransi tersebut merupakan akumulasi dari defisit di tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini yang membuat dunia asuransi tengah terguncang akibat banyaknya perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar seperti PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata atau ASABRI (Persero) dan AJB Bumiputera.
"Mestinya begitu defisit harus segera diinject oleh pemegang modal," ujar Dito.
Seperti diketahui, wacana penyehatan Jiwasraya sudah dibahas dalam beberapa Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dan XI bersama Kementerian BUMN dan Keuangan. Dalam rapat tersebut, sejumlah opsi penyehatan pun mengemuka mulai dari pembentukan anak usaha, penerbitan subdebt oleh holding asuransi, hingga skenario privatisasi dan upaya penguatan permodalan serta solvabilitas Jiwasraya melalui cash atau noncash.
Hingga akhir 2019, ekuitas Jiwasraya diketahui negatif hingga Rp 32,89 triliun, jika mengacu batas minimal rasio solvabilitas perusahaan asuransi yang sehat atau Risk Based Capital (RBC). Dito melanjutkan, jika pemegang modal tak segera memberikan suntikan terhadap perusahaan yang tengah sakit, defisit perusahaan akan terus membengkak.
"Kalau tidak diinject kan berakumulasi. Tahun berikutnya defisit lagi, tahun berikutnya defisit lagi. Akhirnya menjadi besar sekali," kata Dito menambahkan.