Rabu 05 Feb 2020 17:34 WIB

1,5 Ton Ikan Nila di Maninjau Mati Akibat Angin Kencang

Angin kencang disebut menjadi penyebab kematian 1,5 ton ikan nila di Danau Maninjau.

Keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Koto Malintang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sebanyak 1,5 ton ikan nila siap panen mati diduga akibat terpaan angin kencang di kawasan danau.
Foto: Antara
Keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Koto Malintang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sebanyak 1,5 ton ikan nila siap panen mati diduga akibat terpaan angin kencang di kawasan danau.

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatra Barat menyatakan, sekitar 1,5 ton ikan jenis nila siap panen di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya kembali mati massal. Angin kencang yang melanda daerah itu disebut menjadi penyebabnya.

"Ikan ini berasal dari 15 unit keramba jaring apung milik tiga orang petani," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Ermanto di Lubukbasung, Rabu.

Baca Juga

Ermanto mengatakan, dari 1,5 ton ikan itu, sekitar satu ton berasal dari keramba jaring apung di Linggai, Nagari Duo Koto dan 500 kg lainnya merupakan ikan milik warga Koto Gadang. Akibat kejadian itu, petani mengalami kerugian sekitar Rp 39 juta karena harga ikan di tingkat petani Rp 26 ribu per kilogram.

"Bangkai ikan sudah mengapung ke permukaan danau dan petani tidak bisa menjual ke pasar sehingga mereka mengalami kerugian," katanya.

Menurut Ermanto, angin kencang melanda daerah itu beberapa hari lalu membuat oksigen di dasar perairan danau vulkanik itu berkurang. Apalagi, sedimen di dasar menjadi naik. Dalam kondisi seperti itu, ikan mengalami pusing dan keluar ke permukaan danau untuk mencari udara.

"Beberapa jam setelah pusing, ikan mati dan mengapung," katanya.

Kematian ikan juga terjadi di Galapuang, Nagari Tanjung Sani sebanyak 10 ton pada Rabu (29/1). Untuk itu, pihaknya mengimbau petani untuk segera memanen ikan yang sudah besar dan memindahkan ikan yang sudah disemai ke kolam air tenang agar tidak mengalami kerugian.

Selain itu, petani tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau. Ermanto mengingatkan, bangkai ikan dapat mengakibatkan pencemaran air danau.

"Jangan buang bangkai ke danau yang bisa mengakibatkan pencemaran, karena saat kematian sebelumnya petani masih membuang bangkai ikan ke dalam danau," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement