Selasa 04 Feb 2020 22:12 WIB

Tiga Kampung di Bogor Belum Bisa Diakses Mobil Usai Longsor

Akses menuju tiga kampung masih terputus meski tanggap darurat sudah selesai

Salah satu titik wilayah longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/2).
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Salah satu titik wilayah longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tiga kampung di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor yakni Ciparempeng, Cijairin, dan Ciear hingga kini belum dapat diakses menggunakan kendaraan, meski masa tanggap darurat bencana sudah selesai pada akhir Januari 2020.

"Untuk akses mobil dari Kampung Cileuksa Ilir ke Ciparempeng belum bisa akses dengan mobil, baru jembatan untuk jalan kaki," ujar Komandan Korem 061/Suryakancana, Brigjen TNI Novi Helmy Prasetya di Bogor, Selasa (4/2).

Baca Juga

Pria yang juga merupakan penanggung jawab tim tanggap darurat bencana Kabupaten Bogor ini mengaku akan berupaya membuka akses kendaraan ke tiga kampung tersebut pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi. "Mudah-mudahan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dapat dilaksanakan (pembukaan akses)," tambahnya.

Akses menuju tiga kampung tersebut terputus di jembatan yang menghubungkan antara Kampung Cileuksa Ilir dengan Kampung Ciparengpeng. Jika dilalui dengan berjalan kaki, membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Kantor Desa Cileuksa menuju Kampung Ciparengpeng, dan membutuhkan waktu tambahan sekitar 1,5 jam untuk ke Kampung Cijairin dan Ciear.

Permukaan jalannya yang mirip jalur pendakian, membuat logistik ke tiga kampung tersebut dikirim menggunakan flying fox, menyebrangi antar bukit yang dibelah oleh Sungai Ciberang.

Desa Cileuksa merupakan desa yang terisolasi paling lama di Kecamatan Sukajaya akibat longsor yang terjadi pada Rabu (1/1). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bahkan harus membelah dua bukit sebagai pengganti jalan utama, lantaran banyak jalan yang tergerus longsor.

Dua bukit hutan yang dibelah menjadi jalan utama itu berada di jalan penghubung antara Desa Pasir Madang dengan Desa Cileuksa. Panjang jalur tersebut sekitar 5,6 kilometer, tanpa ada permukiman karena di kanan-kirinya berupa tebing dan jurang.

Pantauan wartawan di lokasi, jalur baru di atas dua bukit itu memiliki lebar sekitar 8 meter. Jalan pada bukit pertama panjangnya sekitar 700 meter, sedangkan jalan pada bukit kedua memiliki panjang hampir 2 kilometer.

Sementara, total pengungsi di desa berpenduduk 8.100 jiwa itu mencapai 4.174 jiwa atau 1.696 Kepala Keluarga (KK). Dari total jumlah pengungsi, 148 di antaranya merupakan ibu menyusui dan 39 ibu hamil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement