Selasa 04 Feb 2020 12:46 WIB

Bencana Terus Meningkat, Kepala BNPB: Perlu Solusi Permanen

Ancaman cenderung berulang, maka perlu solusi permanen untuk tangani bencana

Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana 2020 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2).
Foto: Putra M Akbar
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana 2020 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SENTUL -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyebut peristiwa bencana di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ancaman yang ditimbulkan pun terus berulang. Karena itu, Doni menilai perlunya solusi yang permanen untuk menangani bencana alam yang terjadi.

"Berkaca dari kejadian bencana satu dekade terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa hampir semua bencana ancamannya permanen dan selalu berulang. Oleh karenanya perlu dicari solusi yang juga permanen," ujar Doni saat membuka rakornas penanggulangan bencana 2020 di SICC, Kabupaten Bantul, Selasa (4/2).

Di musim hujan, masyarakat dihadapkan dengan ancaman banjir, tanah longsor, abrasi pantai, dan juga angin puting beliung. Sedangkan pada musim kemarau, ancaman bencana yang terjadi meliputi kekeringan serta juga kebakaran hutan dan lahan.

"Ada lagi klaster bencana yg sifatnya sewaktu-waktu muncul tanpa kita ketahui kapan akan terjadi. Seperti gunung api meletus, juga gempa diikuti tsunami," tambahnya.

Doni menyebut, berdasarkan sejumlah riset menunjukan bahwa aktivitas gempa dan tsunami merupakan peristiwa yang berulang. Meskipun bencana ini belum dapat dicegah, namun menurutnya diperlukan langkah mitigasi untuk menghindari ancaman bencana ini.

Selain itu, ada pula bencana non alam lainnya yang juga memerlukan kesiapsiagaan pemerintah, seperti bencana limbah, gagal teknologi, serta wabah penyakit. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjaga dan merawat sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi.

"Perlunya kesadaran kolektif semua pihak karena sejumlah bencana yang terjadi disebabkan oleh perilaku manusia. Oleh karenanya tanpa terkecuali kita semua wajib gotong royong, urun rembuk menkontribusikan pikiran dan bakti dalam rangka pengurangan risiko bencana," jelasnya.

Dalam acara rakornas ini, BPNB juga melibatkan sekitar 120 pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi kebencanaan. Hasil diskusi dari berbagai panel pun nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam merespon setiap bencana yang terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement