REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN— Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Tarakan pada Januari 2020 ini lebih banyak didominasi oleh anak - anak, dengan kategori bayi dua orang, balita 16 orang, anak SD sebanyak 20 orang dan di atas usia 15 tahun ada 10 orang.
"DBD kali ini lebih banyak menyerang usia anak SD," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tarakan, Bahriatul Ulum, di Tarakan, Senin (3/2)saat dikonfirmasi.
Menurutnya bahwa kasus DBD pada dasarnya tidak hanya menyerang bayi, namun juga menyerang anak-anak.
DBD dapat menular pada segala usia, sehingga jika tidak bersikap waspada, maka siapapun akan terkena penyakit DBD.
Dia menjelaskan nyamuk Aedes Aegypti kebanyakan bekerja saat pagi hingga sore hari, dengan jam aktif siang hari, yakni ketika anak sedang tidur siang. Penyakit DBD merupakan sebuah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.
Untuk itu, dia menyarankan agar masyarakat dapat melakukan perilaku 3M plus, yakni menguras, menutup dan mengubur ulang barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Dinkes Tarakan ada laporan menemukan penyebaran DBD, maka pihaknya akan melakukan fogging. Pada dasarnya masyarakat Tarakan sering menampung air hujan, sehingga akan melakukan program larvasidasi yakni pembagian larvasida kepada masyarakat.
“Tapi pencegahan utamanya ada pada masyarakat karena semua penampungan air ada di masyarakat, maka 3M plus harus dilakukan,” kata Ulum.
Namun, selama Januari kasus DBD tidak ada yang meninggal, karena cepat penanganan. Dalam hal ini orang tua harus waspada dan lebih sigap, juga melakukan deteksi dini di puskesmas, yakni dengan melakukan pemeriksaan trombosit agar mendapatkan penanganan lebih cepat.