Ahad 02 Feb 2020 18:57 WIB

Cerita Lusiana Menggantungkan Hidupnya Pada Program JKN-KIS

Lusiana sudah menjadi peserta JKN-KIS sejak tahun 2014, sebagai pasien Hemodialisa

Peserta JKN-KIS yang juga pasien Hemodialisa, Lusiana
Peserta JKN-KIS yang juga pasien Hemodialisa, Lusiana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di usia yang masih terbilang sangat muda, Lusiana (38) hrus menerima kenyataan bahwa dirinya harus menjalani cuci darah. Hal tersebut ia terima setelah dirinya didiagnosa oleh dokter menderita gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah pada 8 tahun lalu.

Saat ditemui, dirinya tidak menyangka bahwa ia harus rutin menjalani cuci darah untuk kesembuhan penyakitnya itu. Dirinya juga khawatir akan biaya yang dibayarkan ketika menjalani proses cuci darah yang membutuhkan biaya yang sangat besar.

“Saya tidak menyangka ya, saya harus bergantung pada cuci darah yang harus saya lakukan setiap minggu. Selain itu, biaya adalah hal utama yang mengganggu pikiran saya ketika diharuskan cuci darah yang saya ketahui biayanya tidak murah,” cerita Lusiana, Kamis (30/1).

Lusiana sudah menjadi peserta JKN-KIS sejak tahun 2014, meskipun sebelumnya ia pasien Hemodialisa (HD) yang menjalani cuci darah sebagai pasien umum, ia tetap bersyukur BPJS Kesehatan meringankan kekhawatirannya selama ini mengenai biaya perawatan.

“Pasti senang sekali pertama kali mendengar ada program pemerintah yang mau membiayai masyarakat yang sakit. Saya merasa senang karena sejauh ini saya sangat terbantu, meskipun ada biaya obat sebagian yang kita tanggung sendiri. Itu saja saya sudah bersyukur sudah diringankan,” ujar Lusiana.

Lusiana bercerita, sebelum menggunakan kartu JKN-KIS nya untuk cuci darah, dalam sebulan ia bisa menghabiskan sekitar 2 juta, dan itu sudah dibantu oleh SKTM. Dahulu setiap minggunya, ia harus menjalani cuci darah sebanyak 2 kali, dan kini setelah sekian lama ia harus cuci darah 3 kali sepekan.

“Sebagai pasien JKN-KIS, pelayanan yang diberikan dokter dan petugas medis disini membuat saya nyaman, terlebih kemarin itu saya disuruh melakukan perekaman sidik jari, informasinya untuk kemudahan tidak perlu memperpanjang rujukan. Jadi pasien tidka perlu buang waktu perpanjang rujukan ke poli-poli lain, karena khusus pasien HD dihapus, benar-benar memuaskan, “ tutur Lusiana.

Lusiana berharap, untuk pasien HD seperti dirinya yang sangat bergantung cuci darah setiap minggunya,  jangan sampai berhenti penanggungan biayanya, karena hal biaya itu berat untuk seumur hidup, untuk orang yang punya uang saja pasti habis uangnya apalagi orang sepertinya yang tidak punya uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement