Sabtu 01 Feb 2020 02:56 WIB

PDIB: Wabah Corona tidak Boleh Dipandang Ringan

PDIB menyebut, wabah virus corona tidak boleh dipandang ringan, namun tak berlebihan.

Simulasi penanganan medis infeksi virus corona di RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat (31/1). PDIB menyebut, wabah virus corona tidak boleh dipandang ringan, namun tak berlebihan.
Foto: Antara/Andri Mediansyah
Simulasi penanganan medis infeksi virus corona di RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat (31/1). PDIB menyebut, wabah virus corona tidak boleh dipandang ringan, namun tak berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) James Allan Rarung menjelaskan, peningkatan kewaspadaan internasional ditujukan untuk mencegah penyebaran virus corona lintas negara. Ia menyatakan, wabah penyakit akibat infeksi virus corona jenis baru itu tidak boleh dipandang ringan.

"Namun jangan pula terlalu tenggelam, seolah-olah ini adalah teror yang tidak bisa teratasi," ujar James saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Menurut James, kewaspadaan kesehatan internasional memang harus ditingkatkan. Semua sumber daya untuk pencegahan penyebaran ataupun upaya penyembuhan harus dilakukan dalam konsep saling membantu dan melengkapi antara semua negara.

"Dengan demikian, maka penyebaran dan angka kesakitan dan kematian akibat terinfeksi virus dapat diminimalkan," kata James.

Aspek utama penetapan status darurat kesehatan global terkait masalah virus corona oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah potensi penyebaran virus corona jenis baru yang mewabah di China telah mencapai skala global. James mengatakan, merespons status yang ditetapkan WHO itu, maka seluruh negara di dunia harus melihat infeksi dan penyebaran virus corona tersebut dapat menyebar di setiap negara dengan melintasi batas geografis dan demografis.

"Indonesia tidak perlu panik, namun justru harus semakin ditingkatkan lagi kewaspadaan terhadap semua potensi yang menyebabkan virus ini menyebar di negara kita," tuturnya.

James mengimbau agar masyarakat tetap melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menjaga daya tahan tubuh agar kuat. Apabila dalam kondisi lemah dan akan melakukan interaksi dengan orang banyak, warga hendaknya menggunakan masker wajah. Begitu pula jika tiba-tiba suhu tubuh mendadak meninggi secara ekstrem dan tidak turun dengan kompres dan obat penurun panas, dapat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat ataupun ke tenaga medis.

James menyatakan, tindakan pemindaian (screening) terhadap arus mobilisasi antar negara baik di pelabuhan udara dan pelabuhan laut harus lebih ditingkatkan. Peralatan pemantauan suhu tubuh perlu ditambah dan disebarkan di setiap pintu masuk ataupun di area yang padat terkonsentrasi arus massa.

"Kementerian Kesehatan dengan dinas kesehatan dan instansi terkait harus makin meningkatkan koordinasi bersama," katanya.

Di samping itu, menurut James, rumah sakit khusus maupun umum yang memiliki kemampuan merawat dan mengobati pasien terinfeksi virus corona tersebut harus siap siaga 24 jam penuh dengan membentuk satuan tugas khusus infeksi virus corona. Jika diperlukan dapat pula ditambah lagi pengadaan alat-alat kesehatan khusus untuk fasilitas khusus itu.

"Untuk daerah dan wilayah yang memiliki karakteristik mudah terpapar infeksi virus corona, apabila belum ada fasilitas khusus untuk penanganan virus itu maka perlu untuk dibangun," tuturnya.

WHO pada Kamis telah mengumumkan  bahwa wabah virus corona di China saat ini melahirkan darurat kesehatan masyarakat atas keprihatinan internasional. Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku direktur jenderal WHO mengumumkan keputusan itu setelah sidang Komisi Darurat, sebuah panel para ahli independen di tengah meningkatnya bukti penyebaran virus di 18 negara.

"Keprihatinan terbesar kami adalah potensi virus itu menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement