REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Mahasiswa Aceh di Wuhan, Tiongkok, hingga kini masih bertahan di kamar dan tidak berani ke luar ruangan guna menghindari terpapar virus corona yang kini sedang mewabah di ibu kota Provinsi Hubei tersebut.
"Saya masih bertahan di kamar. Kalau ke luar, itu memang sangat penting sekali. Ke luar juga harus menggunakan masker," kata Teuku Agusti Ramadhan, mahasiswa Aceh asal Kota Sabang yang dihubungi dari Banda Aceh, Rabu (29/1).
Teuku Agusti merupakan mahasiswa Indonesia yang hingga kini masih terkurung di Universitas Zhongnan Ekonomi dan Hukum. Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry itu sedang menempuh pendidikan S2 di universitas tersebut.
Teuku Agusti yang juga Ketua Cakradonya, himpunan mahasiswa Aceh di Wuhan menyebutkan kondisi terisolasi akibat virus corona sudah berlangsung sejak 23 Januari lalu.
"Ada 12 mahasiswa Aceh yang tidak bisa ke luar dari Wuhan. Kami terus berkomunikasi satu sama lain melalui aplikasi media sosial dan telepon. Hingga saat ini, semua mahasiswa Aceh dalam kondisi sehat," kata Teuku Agusti Ramadhan.
Tidak hanya mahasiswa Aceh yang berdiam diri di kamar, sebut Teuku Agusti, penduduk setempat juga memilih berdiam diri di rumah ketimbang di luar. Semua fasilitas publik, seperti transportasi tidak beroperasi.
"Taksi sangat jarang terlihat. Kalau pun ada, taksi memilih penumpang. Begitu juga dengan masjid, ditutup. Kalau ke luar, pakaian yang digunakan langsung dicuci saat kembali. Sepatu juga dibersihkan dengan alkohol guna menghindari virus corona," kata Teuku Agusti Ramadhan.
Menyangkut dengan perkuliahan, Teuku Agusti menyebutkan pihak universitas di Wuhan memperpanjang libur perkuliahan hingga batas waktu belum ditentukan. Kalau dalam kondisi normal, perkuliahan dimulai pertengahan Februari mendatang.
"Kami juga masih menunggu informasi dari pemerintah. Saat ini, Pemerintah Aceh sedang mengupayakan pemulangan mahasiswa yang di luar Wuhan, setelah itu baru fokus yang di Wuhan," kata Teuku Agusti Ramadhan.