REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Febryan A, Lintar Satria, Febrianto Adi Saputro, Antara
Satu pesawat carter yang membawa pulang 206 warga negara Jepang dari Wuhan, pusat wabah virus Corona, tiba di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, pada Rabu (29/1). Jepang menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari China, langkah yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain termasuk Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan pada Selasa (28/1) bahwa warga negara Jepang yang berharap bisa pulang ke Tanah Air berjumlah 650 orang dan pemerintah sedang menyiapkan penerbangan tambahan. Perdana Menteri Shinzo Abe menekankan pemerintah akan mempertimbangkan semua langkah yang memungkinkan guna membawa pulang seluruh warga negara itu yang ingin kembali ke Jepang.
"Kami akan mengirim sekitar empat orang per pesawat. Seorang dokter medis, seorang petugas karantina, seorang perawat, dan sebagainya. Kami akan melakukan karantina di pesawat dalam perjalanan pulang," kata seorang pejabat kementerian kesehatan kepada AFP.
Uni Eropa (UE) juga akan mengevakuasi warganya keluarga dari Wuhan. Komisi UE akan mengirimkan dua pesawat.
"Dua pesawat akan dimobilisasi melalui Mekanisme Perlindungan Sipil UE untuk memulangkan warga UE dari wilayah Wuhan ke Eropa," kata Komisaris Komisi UE bidang Manajemen Krisis, Janez Lenarčič, dikutip dari laman resmi Komisi Uni Eropa, Selasa (28/1).
Permintaan bantuan evakuasi pertama UE itu disampaikan oleh Prancis. Pembiayaan penerbangan itu dilaporkan akan ditanggung sebagian oleh UE. Pesawat pertama akan diterbangkan pada Rabu (29/1) pagi. Pesawat kedua akan menyusul pada akhir pekan ini.
Warga UE di Wuhan yang ingin dievakuasi akan dibawa secara bertahap. Namun, proses evakuasi hanya akan membawa mereka yang dalam kondisi sehat alias tak terjangkit virus Corona.
Penerbangan pertama akan mengangkut 250 warga negara Prancis. Sedangkan, pesawat kedua akan mengangkut 100 warga negara dari sejumlah negara anggota.
Lenarčič menambahkan, Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Uni Eropa juga terus bekerja 24 jam dan berkoordinasi dengan negara-negara anggota, termasuk dengan delegasi Uni Eropa di China dan kedutaan besar China di Brussels.
"Dukungan UE lebih lanjut dapat dimobilisasi jika diminta," ucapnya.
[video] Kota Wuhan Diisolasi Akibat Virus Corona
Kala negara-negara yang warganya ada di Wuhan mulai melaksanakan proses evakuasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih beralasan bahwa Wuhan dan 15 kota lain di China masih dikunci (locked down). Namun, Jokowi menyatakan, Pemerintah Indonesia juga memiliki opsi untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari China.
"Berkaitan dengan evakuasi WNI kita yang ada di Wuhan dan 15 kota lain, yang di-locked, tentu saja pemerintah memiliki opsi untuk evakuasi. Tetapi sekali lagi, kota-kota itu masih dikunci," ujar Jokowi usai meninjau Puskesmas Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat, Rabu (29/1).
Meski langkah evakuasi belum dilakukan, presiden menjamin komunikasi dengan seluruh WNI yang masih bertahan di kota-kota terisolasi tetap berjalan baik. Presiden memastikan KBRI di China terus memantau kondisi WNI di sana, termasuk mendata kebutuhan logistik.
"Paling penting komunikasi antara KBRI dengan mahasiswa dan masyarakat yang ada di sana selalu terjalin dengan baik. Nanti dalam 4-5 hari urusan logistik yang akan dicarikan solusi," ujar Presiden.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memastikan bahwa sebanyak 243 WNI di Wuhan dinyatakan sehat. Menurutnya, kunci utama agar terhindari dari paparan virus Corona adalah daya tahan tubuh yang kuat. Hal itulah yang menjadi modal bagi WNI di Wuhan untuk tetap bisa bertahan.
"Berkat doa kita karena doa kita tetap sehat. Padahal di daerah kontak. Artinya apa? Nomor satu itu imunitas tubuh kita itu harus dijaga. Kalau imunitas kita baik maka virus itu. Virus kan lawannya imunitas tubuh. Bukan vaksinasi atau apa-apa," ujar Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (28/1).
Pemerintah juga mengalokasikan dana Rp 133,2 juta untuk memenuhi kebutuhan logistik bagi WNI yang masih tertahan di Provinsi Hubei, China. Bantuan keuangan tersebut diharapkan dapat digunakan oleh para WNI, yang sebagian besar mahasiswa, untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari yang harganya mulai naik.
“Demi kecepatan dan efektivitas, maka KBRI memberikan bantuan keuangan agar bisa diterima oleh mahasiswa dan kemudian bisa dibelanjakan untuk membeli barang-barang di toko-toko setempat,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (29/1).
Selain bantuan dana, Kemenlu bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyalurkan 10 ribu masker N95. Masker tersebut akan diterbangkan ke Beijing menggunakan maskapai Garuda Indonesia, untuk kemudian disalurkan kepada para WNI melalui biro perjalanan yang diberi izin untuk masuk ke wilayah Hubei, termasuk Wuhan.
Mahasiswa Huazhong University of Science and Technology, Wuhan, Khoirul Umam Hasbiy mengatakan saat ini mahasiswa dan WNI mulai pesimistis dengan rencana evakuasi pemerintah Indonesia.
"Mahasiswa dan teman-teman mulai drop mentalnya, pasrah dan bahkan pesimistis ada rencana evakuasi dari pemerintah," kata Khoirul dalam pernyataannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (29/1).
Khoirul belum dapat mengonfirmasi nama-nama mahasiswa yang mulai pesimistis. Ia juga menjelaskan pada Selasa (28/1) sudah ada WNI yang mengalami gejala batuk selama dua pekan.
Tapi WNI itu tidak bersedia melakukan pemeriksaan ke dokter. Karena khawatir akan dikarantina dan ditelantarkan. Sebab pasien-pasien di rumah sakit dan klinik-klinik membludak.
"Jadi mereka mengambil keputusan untuk diam. Berharap bisa pulang dan diperiksa di sana," kata Khoirul.
Selama sepekan terakhir, Pemerintah China telah mengisolasi Kota Wuhan dan menyiagakan 15 titik karantina di Provinsi Hubei. Langkah isolasi itu sebagai respons dari wabah virus Corona tipe baru yang telah menewaskan sedikitnya 132 orang dengan hampir 6.000 kasus per Selasa (28/1) malam.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mendesak agar pemerintah segera mengevakuasi WNI yang masih berada di Wuhan. Abdul berharap Kementerian Luar Negeri RI bisa meminta Pemerintah China membuka jalur evakuasi warga negara Indonesia yang saat ini masih berada di Wuhan dan sekitarnya.
"Kemenlu segera desak Pemerintah RRT (Republik Rakyat Tiongkok) agar bisa berikan pertimbangan dan saran tindakan evakuasi, sudah makin banyak korban. Hari ini saja meningkat dua kali lipat yang sebelumnya hanya 2.000-an menjadi 4.000 lebih, dengan korban meninggal lebih dari 100 jiwa," kata Kharis dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Rabu (29/1).
Menangkal Infeksi Virus Corona