REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai terbawa situasi dan perasaan ketika menyoroti kasus PT Asuransi Jiwasraya dalam unggahan media sosial, Facebook. SBY membawa perasaan lantaran namanya sempat terseret setelah masalah keuangan perusahaan pelat merah itu disebut terjadi sejak 10 tahun yang lalu.
"(SBY) Terlalu terbawa situasi dan perasaan," ujar Anggota Panitia Kerja (Panja) Jiwasraya Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Achmad Baidowi dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Selasa (28/1).
Baidowi juga mempertanyakan tulisan SBY dan sikap Fraksi Partai Demokrat di DPR RI terkait masalah Jiwasraya. Baidowi mengatakan, SBY menuding bahwa pihak yang bersikukuh membentuk pansus sedang menargekan orang-orang tertentu agar tersingkir.
"Kalau demikian, siapakah fraksi yang menginginkan pansus?" kata dia.
Baidowi mengatakan Demokrat belum mengirimkan nama anggota panitia kerja (Panja) Jiwasraya ke Komisi VI. "Komisi VI sudah membentuk Panja yang mana fraksi Demokrat belum kirimkan nama dengan harapan tetap ada pansus," ujar dia.
Karena itu, Panja Jiwasraya pun mempertanyakan apakah SBY sebenarnya sedang menggiring opini perihal kasus Jiwasraya. Baidowi juga meminta agar SBY menyebut saja siapa dan fraksi apa yang menarget orang-orang tertentu sehingga hal ini tidak menjadi isu politik murahan.
"Jangan seperti menunjuk ke arah orang lain. Satu jari menunjuk ke orang lain, tiga jari menunjuk diri sendiri. Selain itu soal menteri itu hak prerogatif Presiden bukan pansus," kata dia.
Sebelumnya, SBY menyampaikan dalam keadaan negara seperti saat ini, jangan sampai ada penumpang gelap yang memiliki tujuan tertentu. SBY mewanti-wanti jangan sampai memiliki nafsu untuk menjatuhkan pemimpin dan pemerintahan di tengah jalan.
"Dulu hal begini beberapa kali saya alami. Kekuasaan harus didapatkan secara sah. Kalau tidak halal, Allah tidak akan merahmatinya. Kekuasaan harus didapatkan melalui pemilu," kata dia.