Senin 27 Jan 2020 22:57 WIB

BMKG: Waspadai Kebakaran Hutan dan Lahan di Aceh

BMKG Kelas I di Aceh Besar mengimbau masyarakat mewaspadai kebakaran hutan dan lahan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
BMKG Kelas I di Aceh Besar mengimbau masyarakat mewaspadai kebakaran hutan dan lahan. Ilustrasi.
Foto: Antara/Bayu Pratama S
BMKG Kelas I di Aceh Besar mengimbau masyarakat mewaspadai kebakaran hutan dan lahan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I di Aceh Besar mengimbau supaya masyarakat setempat mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Imbauan itu diungkapkan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Stasiun Meteorologi, Zakaria Ahmad.

"Kita imbau warga di Aceh jangan membakar hutan dan lahan, karena berpotensi api cepat membesar," ujarnya, Senin.

Baca Juga

Ia menjelaskan kebakaran berpotensi cepat membesar akibat hembusan angin pekan ini yang diperkirakan sekitar lima hingga 35 knot atau sembilan kilometer lebih sampai mencapai 65 kilometer per jam. Selain itu kebakaran juga bisa dipicu rumput ilalang atau hutan dan lahan gambut dalam kondisi kering di satu kawasan akibat memasuki musim peralihan cuaca.

Musim peralihan hujan menuju kemarau diperkirakan mencapai puncaknya pada Maret 2020. Dengan suhu udara terpanas diperkirakan sekitar 30 hingga 32 derajat celsius di siang hari dan 22 hingga 23 derajat celsius di malam hari, maka potensi kebakaran semakin besar.

"Kita melihat kondisi cuaca saat ini, maka potensi kebakaran itu tinggi. Terutama di wilayah pesisir Timur Aceh dan wilayah Tengah Aceh," jelas Zakaria

Akan tetapi sejumlah daerah di provinsi paling Utara Sumatera terutama wilayah barat-selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia merupakan wilayah non-zoom atau tidak mengenal musim. "Kalau barat-selatan di Aceh umum dilanda cuaca panas, sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan tetap sama, seperti kedua wilayah di Aceh," tambah Zakaria.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat peristiwa bencana yang terjadi sepanjang 2019 sebanyak 797 kali atau mengalami peningkatan lebih dari 50 persen dibandingkan 2018. "Peningkatan lebih dua kali lipat dari tahun 2018 yang terjadi hanya 362 kali. Kerugian akibat bencana pada 2019 sekitar Rp 168 miliar," kata Kepala Pelaksana BPBA, Sunawardi.

Bencana yang paling banyak terjadi pada 2019 yaitu kebakaran permukiman sebanyak 285 kali, sedangkan di 2018 hanya terjadi 97 kali. Begitu juga dengan kebakaran hutan dan lahan pada 2019 tercatat sebanyak 220 kejadian dan pada 2018 hanya 65 kali kejadian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement