REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pedagang kelelawar di Pasar Burung Depok Solo tidak mengkhawatirkan wabah virus corona yang banyak menelan korban jiwa di Provinsi Hubei, China. Virus itu diduga tersebar melalui kelelawar.
"Kelelawar justru warga banyak yang mencari karena diyakini bisa untuk pengobatan alternatif bisa menyebuhkan penyakit asma atau sesak nafas," kata Haerulloh, salah satu pedagang kelelawar di Pasar Burung Depok Solo, Senin.
Haerulloh mengatakan para pedagang di pasar Depok sebenarnya sudah banyak yang mendengar soal berita kelelawar yang diduga menjadi penyebab virus corona di China. Akan tetapi hingga sekarang belum ditemukan adanya kasus virus corona khususnya di wilayah Solo.
"Pedagang di Solo tidak khawatir karena kasus virus itu di Indonesia belum ada. Selain itu, cara mengonsumsi di Indonesia bukan untuk makanan seperti sop di China, tetapi untuk pengobatan alternatif penyakit asma," kata Haerulloh yang mengaku sudah berjualan kelelawar selama lima tahun ini.
Dia mengatakan kelelawar kecil pemakan buah biasanya sering disebut codot. Sedangkan yang jenis besar sering disebut kalong. Warga yang mencari kelelawar biasanya diyakini untuk mengobati penyakit asma.
Pedagang menjual kelelawar kecil dengan harga Rp 10 ribu per ekor. Sedangkan yang besar atau kalong bisa mencapai Rp 100 ribu per ekor. Jumlah kelelawar yang dijual kini mencapai 60 ekor dan didatangkan dari penjaring lokal Solo. "Kami sejak berjualan kelelawar di Solo belum ada pelanggannya yang terindikasi virus yang diduga berasal dari kelelawar ini," katanya.
Yanto, salah satu pengunjung di Pasar Burung Depok Solo mengatakan warga yang membeli kelelawar biasanya untuk pengobatan sesak nafas. Warga menyakini kelelawar bisa menyembuhkan penyakit sesak nafas.
Dia mengatakan caranya kelelawar tersebut setelah dipotong dan dikuliti, tersisa dagingnya kemudian kemudian dikukus. Daging itu kemudian diberikan kepada mereka yang mempunyai penyakit asma.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kota Surakarta Evi Nur Wulandari, Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor telah mengambil sempel kotoran dari kelelawar di Pasar Burung Depok Solo. Menurut dia, sekarang masih menunggu hasil tes penelitian laboratorium.