Ahad 26 Jan 2020 10:21 WIB

Apa yang Perlu Kita Ketahui soal Virus Corona

Jawaban atas pertanyaan terkait virus corona baru.

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Friska Yolanda
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah Virus Corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah Virus Corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merebaknya virus korona baru dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, marak jadi pemberitaan belakangan. Berikut jawaban-jawaban atas pertanyaan yang mungkin menggelayuti pikiran pembaca.

Apa itu virus korona yang belakangan merebak?

Baca Juga

Virus yang terkini adalah varian baru dari virus korona yang pernah ditemukan sebelumnya. Ia jenis virus serupa dengan yang menyebabkan wabah SARS di Cina pada 2002-2003 dan MERS di Timur Tengah pada 2012. Virus tersebut umumnya menyebabkan infeksi pernapasan akut. Mulanya terdeteksi di Wuhan, Hubei, Cina, pada awal Desember lalu, para ilmuwan menamai virus itu 2019-nCoV.

Mengapa disebut virus korona?

Ilmuwan memberi nama demikian seturut kemiripan bentuk virus tersebut karena bentuk bulatnya dengan semacam tonjolan di permukaan. Mirip dengan pijaran di lingkaran sinar matahari yang awam disebut korona.

Dari mana asalnya virus itu?

Mulanya, CoV lebih banyak menyebar di hewan. Yang terkini disebut para ilmuwan berasal dari gabungan virus yang menjangkiti kelelawar dan hewan lainnya yang diduga adalah ular. Kedua hewan itu diperjualbelikan untuk konsumsi warga setempat di Pasar Ikan Wuhan. Belakangan, virus itu diketahui bisa juga menular dari manussia ke manusia.

Apa gejala dan tanda-tanda penularan virus itu?

Sejauh ini, gejala yang terdeteksi adalah demam, batuk-batuk, sesak nafas, diare, dan gejala gastro-intestinal, khususnya pada warga yang baru pulang dari wilayah terjangkit. Pada tingkat lanjut, ia menyebabkan sakit paru pneumonia dan Sindrom Pernapasan Akut Berat alias SARS.

Seberapa mematikan dampak penularan virus terbaru?

Pada Ahad (26/1) tercatat tingkat kematian akibat virus itu mencapai 2,9 persen (56 kematian dari 2.000 kasus). Kebanyakan korban jiwa adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun dengan penyakit bawaan. Kendati demikian, seorang berusia 37 tahun tercatat meninggal akibat virus itu di Wuhan.

Apakah virus itu lebih parah dari SARS dan MERS?

Sejauh ini ilmuwan belum memberikan kesimpulan pasti. Sebagian menilai ia lebih tak mematikan lainnya punya pendapat sebaliknya.Sejauh ini, kematian akibat 2019-nCoV juga masih lebih sedikit dari SARS (800 orang sepanjang 2002-2003) dan MERS (300 orang sepanjang 2012-2014).

Seberapa jauh virus itu menyebar dari Wuhan?

Sejak menyebar pada Desember lalu, saat ini sejumlah kota lain di Cina telah melaporkan kasus nCoV. Di antaranya Sanghai, Beijing, Makau, Hong Kong, Taiwan, bahkan hingga Xinjiang. Sementara di luar Cina, negara yang sudah dihinggapi pengidap virus itu adalah Thailand (5 kasus), Australia (4), Jepang (3), Singapur (3), Prancis (3), Malaysia (4), Amerika Serikat (2), Vietnam (2), Korea Selatan (2), Kanada (1), Nepal (1).

Apa yang sudah dilakukan pemerintah RRC terkait virus itu?

Pemerintah Cina telah memberlakukan isolasi dengan memutus transportasi ke dan dari setidaknya 13 kota di sekitar Wuhan dengan total warga terdampak isolasi sebanyak 56 juta orang. Ini adalah karantina terbesar dalam sejarah. Ribuan dokter juga telah dikirim ke wilayah terdampak. Dua rumah sakit besar juga tengah dibangun khusus menangani penyakit tersebut. Berbagai pihak menilai tindakan pemerintah RRC kali ini lebih baik ketimbang saat SARS mewabah pada 2002 silam. Meski begitu satu pakar di Cina menilai kesempatan emas menangani wabah tersebut sudah lewat.

Apakah virus tersebut telah masuk ke Indonesia?

Pekan lalu sempat ada kabar penularan terhadap seorang pegawai asal Cina di Jakarta, namun kemudian yang bersangkutan dinyatakan negatif nCoV. Seorang pasien juga tengah diisolasi di RSPU Sulianti Saroso, Jakarta Utara, meski belum dinyatakan positif tertular nCoV.

Bagaimana potensi penyebaran virus itu di Indonesia?

Sejauh ini Indonesia telah terkepung negara-negara yang melaporkan kasus seperti Australia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Jumlah penerbangan langsung Cina-Indonesia juga mencapai ratusan per pekan. Meski begitu, pemerintah sudah memberlakukan pengawasan ketat di 135 pintu masuk ke Indonesia. Penerbangan Bali-Wuhan juga sementara disetop.

Bagaimana menghindari penularan virus tersebut?

Kementerian Kesehatan menyarankan mencuci tangan secara rutin. Sejumlah pihak juga menyarankan warga tak berkunjung ke pasar hewan yang menjual hewan yang biasa jadi inang virus korona. Buat yang Muslim, bisa mengikuti sabda Rasulullah SAW berikut. "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

sumber : Aljazirah/Reuters/AP/South China Morning Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement