Selasa 21 Jan 2020 17:01 WIB

Antraks di Gunungkidul Berasal dari Hewan Luar DIY

Lalu lintas hewan ternak dari luar Gunungkidul akan semakin diperketat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian mengerahkan tim khusus untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit antraks di Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Foto: Dok Humas Kementan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian mengerahkan tim khusus untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit antraks di Sulawesi Selatan dan Gorontalo.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kadarmanta Baskara Aji, mengatakan kasus antraks di Gunungkidul berasal dari hewan ternak yang dibawa dari luar DIY ke Gunungkidul. Virus tersebut kemudian menyebar ke hewan ternak lain.

"Kalau yang diteliti kemarin itu ternyata ada perpindahan dari binatang luar Gunungkidul ke Gunungkidul yang kambing itu. Kemudian dari kambing menular ke sekitarnya. Ada sapi dan kambing lain," kata Baskara di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (20/01).

Baca Juga

Walaupun begitu, Baskara pun menyebut tidak akan dilakukan penghentian pembelian hewan ternak dari luar daerah DIY. Namun, lalu lintas hewan ternak tentu semakin diperketat

Hal ini guna mencegah masuknya hewan ternak yang terjangkit antraks ke DIY, terutama Gunungkidul, sehingga, juga dapat mencegah penularan antraks yang lebih lanjut. "Tidak perlu penghentian (pembelian hewan ternak dari luar DIY), tapi pengawasan semakin diperketat lalu lintas hewan ternaknya," ujarnya.

Penanganan terhadap hewan dan manusia yang tertular antraks pun dilakukan. Pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan untuk mendeteksi tertular antraks atau tidak. Termasuk, lingkungan hewan ternak yang tertular antraks pun dilakukan penanganan. Dengan begitu, diharapkan kasus ini tidak semakin menyebar.

"Sebenarnya penanganan yang lalu sudah bagus. Bekasnya dikubur dan disemen dan setial saat tempat penguburannya itu di cek oleh BBVet (Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta). Apakah masih ada kemungkinan penularan ke binatang, lain dicek terus," ujarnya.

Sementara itu, penanganan terhadap warga yang tertular antraks yakni dengan melakukan perawatan dan pengobatan rutin. Warga yang terinfeksi, katanya, sudah dilakukan penanganan melalui dinas kesehatan baik DIY maupun Gunungkidul.

Bahkan, sosialisasi kepada masyarakat terkait antraks juga terus dilakukan. Dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi dan menangani hal tersebut.

"Yang paling penting itu edukasi dan sosilaisasi kepada masyarakat bagaimana menghadapi kalau ada binatang yang terkena virus antraks. Karena virus itu kan matinya lama. Sehingga perlu penanganan oleh manusianya supaya tidak menyebar kemana-mana," jelasnya.

Sebelumnya, sebanyak 27 warga di Kecamatan Ponjong dan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dinyatakan positif antraks. Mereka terinfeksi setelah mengkonsumsi daging hewan ternak yang mati karena terpapar antraks.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Gunung Kidul Sumitro di Gunung Kidul, mengatakan, pada 4 Januari 2020 Dinas Kesehatan menemukan 540 orang terpapar antraks di Dusun Ngerejek Wetan, Kecamatan Ponjong, dan 60 orang di Kecamatan Semanu.

Menurut Sumitro, dari total itu, sebanyak 78 orang ada suspect gejala klinisinya. Sementara itu, uji laboratorium melibatkan sampel dari 87 orang, sebanyak 54 orang diambil darahnya dan 11 orang menjalani swipe luka.

"Yang positif antraks ada 27 orang, untuk yang di-swipe lukanya negatif antraks," kata Sumitro belum lama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement