Selasa 21 Jan 2020 14:09 WIB

Haerul Terinspirasi Membuat Pesawat Sejak Kecil

Haerul belajar membuat pesawat sendiri dari internet.

Keberhasilan pemuda asal Pinrang, Sulawesi, bernama Haerul merakit pesawat secara otodidak membuatnya diapresiasi Kepala KSP dan Kepala Staf TNI AU.
Foto: Tangkapan Layar Youtube.
Keberhasilan pemuda asal Pinrang, Sulawesi, bernama Haerul merakit pesawat secara otodidak membuatnya diapresiasi Kepala KSP dan Kepala Staf TNI AU.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Antara

Namanya Haerul. Dia pemalu. Pemuda asal Kelurahan Pallameang, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, tersebut terkenal setelah video yang menampilkan dia menerbangkan pesawat di Pantai Ujung Tape menjadi viral.

Baca Juga

"Aku sangat senang dan aku sangat bangga dan berterima kasih dengan ilmu yang diberikan tentang pengetahuan menerbangkan pesawat," katanya setelah bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Yuyu Sutisna, di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta, Selasa (21/1).

Sejak usia lima tahun, Haerul tertarik dan bercita-cita untuk membuat pesawat. Saluran televisi nasional dan lokal yang menyiarkan film-film dengan menampilkan pesawat terbang menginspirasi cita-citanya tersebut.

Haerul membuat pesawat yang berhasil mengudara selama sekitar satu menit 25 detik. Pesawat dirakitnya hanya dengan bekal pengetahuan yang dia peroleh dari internet dan saluran YouTube.

"Merakitnya sekitar dua bulan lebih. Setiap kali uji coba, rusak lagi, perbaiki lagi. Itulah sangat biaya tingginya itu," ujar dia.

Pesawat bermesin motor Kawasaki Ninja 150cc buatan Haerul melakukan satu kali putaran sebelum akhirnya mendarat kembali di tepian pantai dalam pendaratan yang berjalan kurang mulus.

"Memang terinspirasi, dari kecil ingin ciptakan pesawat," kata Haerul, yang terbang dari Makassar, Sulawesi Selatan, menuju Ibu Kota Jakarta menumpang pesawat HerculesTNI Angkatan Udara untuk memenuhi undangan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Yuyu Sutisna.

Kendati tidak tamat SD, Haerul yang berprofesi sebagai montir terus berusaha mewujudkan impiannya. Ia ingin membuat dan menerbangkan pesawat.

Dunia maya menjadi tempat dia belajar membuat perhitungan untuk membangun sayap pesawat serta tenaga yang dibutuhkan untuk menerbangkan pesawat.

Haerul menuturkan, hal yang sulit dalam proses pembangunan pesawat adalah membuat kalkulasi yang tepat mengenai kekuatan tenaga pendorong, beban pesawat, ukuran sayap, serta pembuatan kemudi dan roda pesawat. "Memang itu yang paling sulit, hitung-hitungannya," kata dia.

Haerul mempelajari cara membuat macam-macam perhitungan berkenaan dengan pembangunan pesawat dari YouTube.

"Merakit kerangka pesawatnya pun dari Youtube. Bahkan belajar jadi pilot pun dari Youtube semua," katanya.

Berbekal pengetahuan dari YouTube dan modal sekitar Rp 30 juta, Haerul mengumpulkan barang-barang bekas untuk merakit pesawat terbang. Dia menggunakan aluminium untuk membuat kerangka pesawat. Setidaknya 50 kg aluminium dia gunakan untuk membangun pesawat tersebut.

Dengan bantuan dari beberapa teman, Haerul membangun pesawatnya selama dua bulan lebih. Pesawat itu punya satu baling-baling kayu, tiga roda, sayap utama, sayap tegak, dan sayap ekor.

Setelah pembangunan pesawat selesai, Haerul tiga kali melakukan pengujian. "Tes uji cobanya sempat tiga kali, terbang lalu jatuh lagi. Parah (kerusakannya), saya luka dan pesawatnya diperbaiki lagi," katanya.

Tapi Haerul tidak menyerah. Pada percobaan kelima dia berhasil mengudarakan pesawatnya sampai ketinggian 10-12 meter di atas permukaan laut. Namun pesawatnya mengalami kerusakan karena pendaratan tidak berjalan mulus.

Haerul mengaku, tak ada kesulitan yang berarti ketika merakit pesawat tersebut. Ia merakit pesawat selama kurang-lebih dua bulan dengan dibantu dua rekannya. Hanya perakitan bagian sayap yang cukup memakan waktu lebih banyak dari yang lain.

"Yang paling susah itu di bagian sayap dan bagian mesin. Susah menyeimbangkan. Pergantian sayap itu tiga kali. Setiap kali uji coba, miring, patah lagi, kerja lag," jelas dia.

Upaya Haerul untuk menerbangkan pesawat sudah dimulai sejak 2002, ketika dia berusaha membuat helikopter namun tidak bisa diterbangkan.

Selain karena ingin naik pesawat sendiri, Haerul berupaya membangun pesawat karena terinspirasi teknokrat Profesor Baharudin Jusuf Habibie, Presiden RI ketiga yang lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. "Beliau tetangga daerah saya," kata Haerul.

Haerul besar di keluarga yang berkutat dengan mesin. Kedua orang tuanya membuka bengkel motor sejak sebelum ia lahir. Karena itu, ia mengaku sudah berkenalan dengan perkakas bengkel sejak usia tiga tahun. Ketika besar, ia pun bekerja sebagai montir bengkel motor.

Ia menceritakan, keluarganya sempat tidak mendukung niatnya merakit pesawat secara mandiri. Terlebih karena melihat upaya yang telah ia lakukan ketika hendak membuat helikopter dan berujung gagal.

"'Helikopter itu nggak berhasil kenapa kamu bikin lagi? Habis-habiskan saja uang. Mendingan buat biaya hidupmu saja, tidak usah bikin begitu,'" kata Haerul mengulang perkataan yang dilontarkan kepadanya.

Selain omongan dari keluarga, ia juga kerap dicibir oleh tetangga-tetangganya. Mereka mengatakan mimpinya tidak masuk diakal karena merasa tak mungkin mesin motor dapat dirakit menjadi sebuah pesawat.

"'Nggak masuk akal itu.' Banyak yang cibir-cibir itu. Sekalinya dia terbang, 'wow,' pada datang semua ramai itu," tuturnya.

Banjir Apresiasi

Upaya Haerul membuat dan menerbangkan pesawat mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Kemarin, Moeldoko mengundang Haerul bertemu.

Moeldoko mengatakan bahwa dia telah memperlihatkan video mengenai desain pesawat amfibi kepada Haerul. "Biar semakin terinspirasi untuk melakukan temuan ke depan," kata mantan Panglima TNI.

Moeldoko menambahkan, pesawat amfibi bagus dikembangkan di Indonesia yang wilayahnya kepulauan. Dia mengapresiasi keberanian dan keuletan Haerul mewujudkan cita-citanya untuk terbang dengan pesawat buatan sendiri.

"Kita tidak berbicara tentang teknologi, karena Indonesia juga sudah memiliki Dirgantara Indonesia sudah cukup maju. Tetapi yang kami lihat sekali lagi bahwa ini sesuatu yang menginspirasi semuanya," katanya.

"Saya sangat berharap anak-anak muda Indonesia untuk tidak takut melakukan sesuatu, menjadi inovator-inovator yang hebat untuk menghadapi lingkungan yang sangat kompetitif seperti saat ini," ia menambahkan.

Guna mendukung pengembangan kreativitas Haerul, Moeldoko ingin memasukkan Haeru lke dalam manajemen talenta Indonesia. Yaitu sebuah institusi yang sedang disiapkan untuk membina dan mendukung warga negara Indonesia yang punya bakat dan kreativitas.

"Jangan biarkan mereka berjalan sendirian, yang pada akhirnya nanti diambil orang luar, kita hanya menyesal dan seterusnya. Ini kira-kira upaya menuju ke sana setelah tersusun dengan baik," kata Moeldoko terkait manajemen talenta Indonesia.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Yuyu Sutisna, menjelaskan, pesawat yang dirakit sendiri oleh Haerul penuh risiko karena bisa membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Di Lanud Hasanuddin, kata dia, Haerul dan kawan-kawan akan diarahkan bagaimana membuat pesawat dengan baik.

"Supaya paham betul, oh pesawat itu membuatnya begini, aturannya begini, ada kelaikan dan sebagainya," jelasnya.

Ada hal-hal yang harus diketahui lebih lanjut dalam membuat pesawat, bukan hanya modal kemauan yang tinggi saja. Menurut Yuyu, pesawat harus ada kontak ke menara pengontrol dan terikat peraturan untuk melapor ke berbagai pihak.

"Pesawatnya (Haerul) tidak ada apa apanya, tidak ada pengukur kecepatan, ketinggian. Ini yang harus kita arahkan, harus dilengkapi, bahan-bahan yang dibuat itu harus disertifikasi," ungkap dia.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsma TNI Fajar Adriyanto, TNI Angkatan Udara berencana memasukkan Haerul ke PB Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Fajar, yang telah melihat video penerbangan perdana pesawat Haerul, menilai Haerul memiliki keberanian dan tekad untuk menerbangkan pesawat tapi masih bingung ketika hendak mendaratkan pesawat.

"Kan ada teorinya untuk mendarat seperti menghadap angin dan sebagainya. Tapi Haerul tidak. Karena keberanian dan tekadnya ingin terbang, jadi pesawat itu tanpa instrumen altimeter, tanpa pengukur kecepatan, dia terbang," kata Fajar.

Dengan bergabung bersama FASI, Fajar berharap Haerul bisa terbang sesuai standar keselamatan. Termasuk sesuai regulasi yang berlaku.

Fajar, mantan penerbang tempur F-16 berjuluk "Red Wolf", menilai keberhasilan Haerul membuat pesawat terbang menjadi salah satu bukti manfaat positif media sosial untuk mengembangkan kreativitas. Internet dan saluran YouTube setidaknya membukakan jalan bagi orang-orang seperti Haerul, yang punya impian untuk mengikuti jejak Mr Crack, Profesor Bacharuddin Jusuf Habibie.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement