Ahad 19 Jan 2020 18:35 WIB

Rintihan Korban Longsor di Sukajaya

Korban mengeluhkan fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) di posko pengungsian.

Rep: Nugroho Habibi / Red: Ratna Puspita
Suasana salah satu posko pengungsian di Desa Jayaraharja, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Ahad (19/1).
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Suasana salah satu posko pengungsian di Desa Jayaraharja, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Ahad (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Korban banjir bandang dang longsor di di Kabupaten Bogor masih mengeluhkan fasiltas yang kurang memadai. Salah satunya di posko pengungsian Desa Jayaraharja, Kecamatan Sukajaya.

Penyitas mengeluhkan fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Sebab, MCK harus dipergunakan oleh ratusan pengungsi menempati puluhan tenda di area tersebut. 

Baca Juga

Sawarni (48 tahun) mengaku mulai mengalami gatal-gatal kulit akibat fasilitas MCK yang harus dipergunakan dengan ratusan orang itu. Karena itu, dia meminta, agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menyediakan air bersih untuk kebutuhan para penyitas longsor. 

"Kebutuhan bahan pokok tetap kurang. Tapi yang kita perlukan itu ketersediaan air bersih. Kami khawatir anak-anak di sini terserang penyakit," ujar Sawarni, Ahad (19/1). 

 

Ditempatkan pengungsian itu, terdapat puluhan tenda berwarna biru yang terbuat dari terpal. Satu tenda bisa diisi dua sampai tiga kepala keluarga berdasarkan jenis kelaminnya. 

Selain itu, Sawarni merasa masih kekurangan logistik dan obat-obatan. Padahal, dia mengatakan, bantuan ke Kecamatan Sukajaya dinilai melimpah.

"Bukannya banyak bantuan? Tapi kami merasa kurang," ujarnya.

Sumarni menuding, bantuan yang seharusnya dikirim ke lokasi tersebut tak tepat sasaran. Karena itu, dia berharap, kedepan bantuan logistik maupun obat-obatan dapat disalurkan secara merata dan tepat sasaran. 

"Kalau makanan ya dua kali dalam sehari. Semoga kita lebih diperhatikan oleh pemerintah dan bantuan lebih tercukupi," harapnya. 

photo
Prajurit TNI AD berjalan di lokasi bencana tanah longsor Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). (ANTARA)

Senada, Yuli (35) mengeluhkan kurangnya fasilitas air bersih. Sebab, MCK yang disediakan acapkali harus berebut dan mengantre. 

"Buat BAB ya tiga itu untuk puluhan orang. Ya pasti kadang ngantri," kata Yuli. 

Yuli menjelaskan, sebagian pengungsi menang sudah ada yang kembali dan pindah ke kerabatnya. Namun, dia mengatakan, rumah yang ditempatinya di Kampung Ciputih Tonggoh, Desa Jayaraharja, rusak parah. 

"Rumah rusak parah akibat longsor. Tapi masak kita di sini terus," ujarnya. 

Yuli meminta, Pemkab Bogor segera memberi kejelasan bagi para penyitas longsor. Sehingga, nasib mereka dapat lebih diperhatikan kedepannya. 

Dia menyatakan, akan menerima jika nantinya harus dipindahkan dari kampungnya. Asalkan, dia mengatakan, lokasi tidak jauh dan masih dapat berkumpul dengan orang yang dikenal. 

"Katanya ada relokasi kan. Tapi itu kapan? Kita gak masalah asalkan sama tetangga dan gak dipisah jauh-jauh juga dari sini," ujarnya. 

Yuli menjelaskan, mayoritas di kampungnya bercocok tanam. Sehingga, dia khawatir jika direlokasi jauh dari maka akan kesusahan menggarap lahan. 

"Kalau jauh gimana mau bertani? Masak bolak-balik terus," kata dia.

photo

ARBI, MUI, dan DD Salurkan Bantuan sebanyak tujuh truk kepada penyintas bencana di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Sabtu (18/1). (Dok Istimewa)

Komandan Tanggap Darurat (Incident Commander) yang juga Dandim 0621/Kabupaten Bogor, Letkol Inf Harry Eko Sutrisno mengatakan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan para penyitas longsor dan banjir. Perpanjangan tanggap bencana selama 14 hari itu, sambug Harry, akan dimaksimalkan untuk menangani dan membuka akses jalan. 

Harry menyatakan akan terus mengevakuasi dan mendata korban. Selain itu, dia mengatakan, akan mengkonsentrasikan untuk membuka akses jalan yang belum dapat dilewati kendaraan roda empat. 

Sejauh ini, upaya untuk membuka akses Desa Cileksa yang mulanya masih terisolasi telah dapat dilalui. Namun, akses itu belum dapat dilalui semuanya dengan menggunakan kendaraan roda empat. 

Harry mengakui masih terdapat sejumlah Kampung yang sulit diakses. Namun, dia menegaskan pihaknya akan terus mendistribusikan bantuan bagaimanapun medannya. "Kami salurkan bantuan melewati gunung. Meskipun bisa memakan waktu 2 jam lebih," kata Harry.

Harry menegaskan, akan terus menyalurkan  bantuan bantuan logistik. Dia menyatakan, meningkatkan koordinasi dengan semua pihak yang terlibat untuk melakukan pendataan dan membuka akses menggunakan alat berat.

Harry menyatakan, telah menyebar personel tiap posko pengungsian dan titik-titik Kampung yang masih dalam upaya pembukaan. Dia menambahkan, semua terus berkoordinasi meng-update perkembangan yang ada. Sehingga, proses pendataan dan laporan dapat lebih terorganisir. 

"Jadi semuanya kami koordinasikan bersama-bersama untuk menangani korban. Kami manfaatkan waktu semaksimal mungkin," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement