Ahad 19 Jan 2020 17:02 WIB

Ratusan Lampion Hiasi Kelenteng See Hin Kiong Padang

Kelenteng dihias untuk menyambut imlek.

Warga menaiki perahu wisata sungai Kali Pepe yang dihiasi   lampion di Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020).
Foto: ANTARA FOTO
Warga menaiki perahu wisata sungai Kali Pepe yang dihiasi lampion di Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ratusan lampion menghiasi Kelenteng See Hin Kiong di Gang Hok Tek, Jalan Kelenteng, Kampung Cina, Kelurahan Kampung Pondok, Padang, Sumatra Barat. Lampion ini menghiasi dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek 2571 yang jatuh pada 25 Januari 2020.

Seksi Budaya Humas Kelenteng See Hin Kiong Padang Lie Fuk Thong mengatakan lampion sudah mulai dipasang dan dinyalakan selama satu bulan. Lampion mulai dinyalakan pada 9 Januari sampai 8 Februari.

Baca Juga

"Lampion ini bertujuan untuk penerangan dan merupakan salah satu bentuk semangat umat dalam menyambut Tahun Baru Imlek," kata dia.

Pengunjung mulai ramai ke kelenteng sejak 10 Januari 2019. Biasanya, pengunjung lebih ramai saat malam, pukul 19.00-21.00 WIB. Mereka memanfaatkan keindahan lampu lampion dan berfoto di tempat itu.

Pengunjung kelenteng tidak hanya berasal dari Kota Padang, namun juga dari luar kota. Mereka bukan hanya warga keturunan Tionghoa yang ke kelenteng untuk bersembahyang, namun juga orang Muslim yang sekadar berfoto di depan kelenteng itu.

Sebelumnya, juga diadakan pasar malam Sincia, yaitu pasar malam sembako murah yang diadakan beberapa perkumpulan marga komunitas Tionghoa di Padang. "Hari ke-15 setelah perayaan Imlek akan diadakan Cap Go Meh yang merupakan agenda tahunan komunitas Tionghoa di Padang dan biasanya dirayakan dengan bermacam-macam pawai termasuk barongsai," kata dia.

Ia mengatakan tahun ini merupakan tahun tikus logam yang berarti tahun keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Ia menyebut tikus merupakan binatang lincah dan mudah mendapatkan rezeki.

Tahun ini, katanya, warga diajarkan supaya lebih gigih dalam berusaha agar mudah mendapatkan rezeki. "Kalau tahun sebelumnya dinamakan tahun babi berarti kurang beruntung. Karena babi menunjukkan sifat pemalas dan suka tidur sehingga banyak pedagang yang mengeluh karena rugi," kata dia.

Ia juga menyebutkan di Tionghoa terdapat 12 penamaan tahun yang diambil dari nama-nama binatang, di antaranya tahun babi, tikus logam, ayam, naga, harimau, dan kuda.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement