Sabtu 18 Jan 2020 10:54 WIB

Nasabah Jiwasraya Khawatirkan Nasib Dana yang tak Jelas

Nasabah Jiwasraya berharap dana mereka bisa diperoleh kembali secepatnya.

Rep: Erdy Nasrul / Red: Nashih Nashrullah
Nasabah Jiwasraya berharap dana mereka bisa diperoleh kembali secepatnya. Foto warga melintas di depan kantor Asuransi Jiwasraya di Jalan Juanda, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Nasabah Jiwasraya berharap dana mereka bisa diperoleh kembali secepatnya. Foto warga melintas di depan kantor Asuransi Jiwasraya di Jalan Juanda, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nasabah asuransi PT Jiwasraya mengkhawatirkan nasib dana mereka yang telah disetorkan selama bertahun-tahun. 

Salah satunya adlaah dosen Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta Miftahussururi. Dia mengkhawatirkan program asuransi AIA yang diikutinya sejak 2014. Asuransi itu diperuntukkan untuk investasi dan pendidikan anak. Preminya Rp 1,2 juta per bulan.

Baca Juga

“Saya mau menarik dana asuransi, karena sejak kasus Jiwasraya muncul, saya semakin mengkhawatirkan dana saya,” katanya saat dihubungi pada Sabtu (18/1).

Sururi selama ini menyayangkan, pihak asuransi hanya bersikap ‘manis’ di depan, tapi ‘pahit’ di setelahnya. Saat menawarkan program, agen asuransi akan berbicara segala kenikmatan menjadi anggota. 

Setelah mendaftar dan membayar premi setiap bulan, agen tersebut tak pernah menampakkan wajahnya, sibuk mencari anggota baru. Pergi dari pintu ke pintu.

Ketika ada permasalahan, barulah agen asuransi dihubungi untuk pengajuan klaim. Itu pun tak langsung cair, karena harus melalui verifikasi yang panjang.

Selama ini pihaknya mengeluhkan pelayanan pihak asuransi yang cenderung tertutup. Pihak manajemen kurang mengabarkan perkembangan dana mereka kepada nasabah. Juga segala informasi tentang pelayanan tambahan. Nasabah hanya diarahkan untuk membayar premi.

Pihaknya berharap inovasi. Di tengah citra asuransi yang dirusak oleh Jiwasraya, berbagai agen asuransi harus meyakinkan nasabahnya bahwa dana mereka aman. Pihak manajemen melaporkan perkembangan dana nasabah secara berkala. Kemudian disampaikan juga berbagai pelayanan dan gimmick pelayanan yang semakin memanjakan nasabah.

“Di zaman ini, bisnis harus mengutamakan pelayanan, apa pun itu. Salah satu bentuk pelayanan adalah komunikasi dua arah, sehingga nasabah merasa diwongke. Ini harus menjadi perhatian,” kata Sururi.

Dengan adanya kasus Jiwasraya, dia berharap semua agen asuransi melakukan introspeksi. Menurutnya, kasus ini bisa saja menjadi batu loncatan bisnis asuransi untuk berkembang pesat atau justru sebaliknya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement