REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah mengalami dua kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Rabu (15/1) mulai pukul 00:00-24:00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis, menyebutkan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat tiga kali gempa vulkanik dalam, lima gempa tektonik, dua gempa fase banyak, satu kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa hembusan.
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap solfatara berwarna putih keluar dari Gunung Merapi berintensitas tipis hingga sedang dengan ketinggian 20 meter di atas puncak.
Pada periode pengamatan sejak Rabu (15/1) pukul 00:00 WIB hingga Kamis (16/1) pukul 06:00 WIB, BPPTKG sama sekali tidak mencatat guguran lava yang keluar dari Gunung Merapi. Selama pengamatan pada Kamis (16/1) mulai pukul 00:00 hingga 12:00 WIB, hanya tercatat satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 40 mm selama 71.04 detik.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Ia mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG.