REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Provinsi Banten merencanakan relokasi warga terdampak bencana banjir, terutama mereka yang tingal di sekitar daerah aliran sungai. Aparat akan mengarahkan mereka untuk tinggal di daerah yang berada di dataran lebih tinggi, sehingga tidak terdampak banjir saat debit air sungai meningkat.
“Relokasi sudah kita rencanakan. Tentu berproses ya, karena kita menginginkan masyarakat menempati daerah yang minim bencana alam seperti banjir dan longsor,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banten, M Juhriyadi, saat dihubungi pada Kamis (16/1).
Selain untuk keselamatan dan kenyamanan masyarakat, relokasi juga dimaksudkan untuk normalisasi daerah aliran sungai. Area itu akan dikosongkan dan dijadikan area hijau, sehingga masyarakat tidak ada yang mendirikan bangunan di sana. Sementara bangunan yang sudah ada nantinya akan ditertibkan agar tidak mengganggu aliran air.
Pemprov Banten fokus membangun kembali akses agar masyarakat antardaerah di Lebak terhubung. Di antaranya adalah akses menuju jembatan Cinyiru dan menuju Sungai Ciberang. Akses keduanya akan segera diperbaiki, sehingga distribusi logistik lebih lancar dan perekonomian masyarakat semakin membaik.
Sementara itu, warga Desa Sajira Barat, Lebak, Banten, Ikbal Sofyan, mengklaim warga setempat yang kini terdampak bencana, lebih memilih menetap di rumah mereka saat ini. Meski tinggal di pinggiran Sungai Ciberang, warga setempat belum berkenan untuk direlokasi. “Lha mau tinggal di mana lagi. Rumah kita cuma di sini,” kata Ikbal, saat dihubungi.
Sekitar tiga keluarga pada hari yang sama sudah kembali ke rumah. Sementara masih ada puluhan lainnya yang mengungsi ke rumah warga dan kerabat dekat. Sebagian sudah tak lagi menempati tenda pengungsian.
Warga lebih memilih menempati rumah kerabat, karena tempat tinggal mereka dipenuhi lumpur. Perabotan rumah berantakan. Tak ada tempat untuk membersihkan diri. “Isi rumah mereka sudah seperti kapal pecah. Jadi mereka lebih memilih menenangkan diri di rumah saudara,” kata Ikbal.
Menurut catatan BNPB ada 30 desa di 46 titik lokasi banjir dan longsor di Banten. Sebanyak 2.162 rumah mengalami kerusakan mulai dari kriteria rusak berat, sedang, hingga ringan, kemudian ada 24 jembatan putus, satu kantor kecamatan rusak dan tiga kantor desa rusak.
Banjir bandang tersebut juga menyebabkan sembilan orang meninggal dunia dan dua masih dinyatakan hilang. Kemudian sebanyak 1.392 KK yang terdiri dari 5.106 jiwa mengungsi.
Dampak banjir bandang juga terlihat hingga Waduk Karian Banten. Dalam pantauan BNPB, terdapat banyak material kayu yang terbawa arus banjir dari banyaknya kerusakan hutan.