Selasa 14 Jan 2020 17:58 WIB

Nilai Proyek Penanganan Banjir di Jabar Capai Rp 10 Triliun

Emil menyebut Jabar dan Kementerian PUPR percepat 9 program senilai Rp 10 triliun

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama pejabat terkait meninjau Motor Baca diparkir di halaman rumah dinas Gedung Pakuan usai acara Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat (Tepas), Jumat (10/1).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama pejabat terkait meninjau Motor Baca diparkir di halaman rumah dinas Gedung Pakuan usai acara Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat (Tepas), Jumat (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian PUPR dan Pemprov Jabar mengalokasikan anggaran cukup besar untuk berbagai proyek penanganan banjir tahun ini. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, nilai proyek penanganan banjir di Jabar ini lebih dari Rp 10 triliun.

"Kami dengan PUPR bersepakat untuk melakukan percepatan 9 program. Yakni, pembangunan bendungan, terowongan, danau retensi, sodetan dan normalisasi. Nilai totalnya lebih dari Rp 10 triliun," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, kepada wartawan Selasa (14/1).

Emil mengatakan, mayoritas pembangunan proyek atau 2/3 dari program tersebut akan selesai di 2020. Yakni, Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang bisa mengendalikan 30 persen air ke Jakarta nilai proyeknya Rp 3,9 triliun.

Dimana, Rp 1,5 triliun pembebasan lahan dan Rp 1,4 triliun konstruksi. Kemudian yang menyebabkan banjir Bekasi akan dibuat bendungan Cikeas dan Cileungsi sampai ke Muaranya. Menurut Kementerian PUPR, anggarannya Rp 4,6 triliun.

Proyek selanjutnya, kata dia, yang menyebabkan banjir Karawang sungai Cibeet. Bendungan, sudah siap tapi masih ada protes warga jadi akan kembali dirapatkan di Kamis (16/1). Nilai proyeknya Rp 800 miliar.

"Sisanya, adalah Citarum ada terowongan, Cieunteung sudah selesai, Andir baru mulai lelang seluas Cieunteung," katanya.

Proyek lainnya, kata dia, membelokan air dari Cisangkuy (floodway) ditargetkan akan beres Oktober tahun ini. Sebelum dibangun proyek ini, tadinya Cisangkuy ini memuntahkan air ke Citarum Dayeuhkolot. Namun, sekarang tinggal lima persen karena Dayeuhkolot tidak dilewati Cisangkuy lagi.

"Berita baiknya Rancaekek semua sistem enjinering sudah berjalan ada pelebaran gorong-gorong, ada normalisasi sungai," kata Emil.

Bahkan, kata dia, Kahatex sudah membuka sungai yang dulu ditutup. Sehingga, hasilnya selama musim hujan Kahatex yang biasanya ada genangan menjadi tak terlalu. "Tapi kuncinya kita jangan takabur ya. Yang penting berusaha," katanya.

Saat ditanya terkait urusan hulu akan selesai, menurut Emil, mayoritas akan selesai tapi tak bisa semuanya. Artinya dari dana Rp 10 triliun itu fokus dulu di hulunya, yakni dengan menahan-nahan air. "Nanti 2021 geser ke hilir yang jebol-jebol. Contoh Muara Gembong tahun depan, kan desanya kebanjiran karena gak ada tanggul kan. Sehingga terkikis air laut.  Kamis besok rapat, Pak Menteri mau dengar langsung curhatan atas perintah Pak Presiden," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement