REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN— Selama satu hari ini aktivitas kegempaan Gunung Merapi terbilang sangat rendah. Selama 24 jam terakhir saja, tercatat cuma terjadi sejumlah gempa-gempa jenis hybrid atau fase banyak dan vulkanik dalam.
Gempa hybrid tercatat dari pengamatan yang dilakukan pada periode 00.00-06.00. Gempa hybrid terjadi satu kali dengan amplitudo cukup rendah yaitu 10 milimeter dan berdurasi 7,4 detik.
Sedangkan, gempa vulkanik dalam terjadi cuma tiga kali. Tercatat pada periode pengamatan 06.00-12.00, 12.00-18.00, dan 18.00-24.00 dengan amplitudo berkisar 10-11 milimeter dan rata-rata berdurasi 8,6 detik.
Meski begitu, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Lasiman mengingatkan potensi ancaman bahaya saat ini masih berupa luncuran awan panas. Luncuran bisa berasal dari dua sumber.
Pertama, runtuhnya kubah lava atau jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif. Karenanya, area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi tetap diimbau tidak terdapat aktivitas manusia.
"Masyarakat agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif," kata Lasiman, Senin (13/1).
Masyarakat diminta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi. Serta, memperhatikan aktivitas Gunung Merapi dari sumber-sumber yang terpercaya.