Selasa 14 Jan 2020 03:18 WIB

Pemerintah Diminta Satu Suara Perjuangkan Natuna

DPR akan mengundang pihak terkait untuk mencari detail persoalan di Natuna.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-4301 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020).
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-4301 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, berharap pemerintah satu suara soal permasalahan di perairan laut Natuna. Ia mengatakan, DPR akan mengundang para pihak terkait pekan ini untuk mencari tahu detail persoalan yang berkembang.

"DPR mendorong supaya pemerintah berjuang maksimal mengamankan kedaulatan Indonesia. Bahwa ada perbedaan terms antara kedaulatan dan hak berdaulat, itu teknis. Yang dilakukan China melanggar ZEE itu jadi hak Indonesia," tutur Sukamta dalam diskusi di Jakarta, Senin (13/1).

Baca Juga

Sukamta menilai, yang terpenting saat ini untuk dilakukan dalam merespons permasalahan di perairan laut Natuna adalah upaya diplomasi. Jangan sampai para diplomat yang ada di garda terdepan tidak mendapatkan dukungan secara moral.

"Jangan sampai para diplomat yang ada pada garda depan tidak mendapatkan support secara moral dengan statement-statement yang tak cukup seragam dari para penggambil keputusan di pemerintahan," ujar dia.

Ia menjelaskan, untuk isu tersebut, suara DPR tunggal. Semua pihak di DPR mempunyai nada seragam, yakni untuk urusan kedaulatan, mereka tidak akan berkompromi.

"Kami rencananya mengundang semua stakeholder hari Kamis (16/1) untuk rapat bersama, ingin tahu detail persoalan yang berkembang," jelas Sukamta.

Menurutnya, Komisi I DPR RI akan mengundang Kementerian Luar Negeri, Panglima TNI, Menteri Pertahanan, Badan Keamanan Laut (Bakamla), dan yang lainnya. Ia melihat ada perbedaan sedikit antara pernyataan Bakamla dengan TNI Angkatan Laut.

"Ada perbedaan-perbedaan sedikit. Kita ingin tahu dulu persoalannya. DPR siap beri back up secara politik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement