REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya. Karena itu persatuan dan kesatuan harus terus dijaga untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang besar, dan Indonesia yang berdaulat. Untuk mewujudkan itu, faktor yang harus diwujudkan adalah pemahaman agama yang benar serta kestabilan dan pemerataan ekonomi.
“Karena awal dari perpecahan baik keluarga, kelompok terjadi kalau kensenjangan ekonomi itu tampak besar. Lalu berikutnya setiap pemeluk agama itu harus memahami agamanya dengan benar karena setiap agama menginginkan kebaikan. Oleh sebab itu jika mereka memahami agamanya dengan baik, Insya Allah perilakunya juga akan baik,” ujar Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Prof Ahmad Satori Ismail di Jakarta, Senin (13/1).
Selain itu, menurut Satori, perlu dikuatkan juga masyarakat agar tidak menyentuh masalah SARA dan masalah-masalah yang bisa menimbulkan perpecahan seperti ungkapan-ungkapan yang menyakitkan atau hate speech
”Bangsa Indonesia sebenarnya adalah bangsa yang baik. Kalau mengerti agamanya dengan baik dan benar sesuai yang diajarkan kitab sucinya, saya yakin akan baik-baik saja. Hanya saja ada sebagian yang tidak mengenal agamanya secara utuh dan hanya memahami secuil saja sehingga bisa sangat ekstrem terhadap yang lain,” tutur Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Pria kelahiran Cirebon, 6 Desember 1955 ini menambahkan bahwa perlu untuk memberi pemahaman agama yang moderat kepada orang atau kelompok berpaham ekstrem. Ini penting untuk mereduksi penyebaran paham-paham kekerasan.
“Tugas kita adalah memahamkan kepada orang-orang itu tentang agama secara penuh dengan penuh moderat. Kalau di Islam adalah Islam Wasathiyah. Agar semuanya mengerti tentang kemoderatan daripada ajaran agamanya,” ungkapnya.
Oleh karena itu Satori menilai pentingya peran segenap komponen bangsa ini untuk menjaga persatuan dan toleransi yang ada. “Perlu peran dari pemerintah, peran dari ulama, tokoh masyarakat, orang-orang kaya yang peduli dengan sesamanya, termasuk juga peran dari ormas-ormas termasuk juga peran dari media. Supaya ikut menebarkan kebaikan-kebaikan jadi tidak menyebarkan hoax atau kebencian-kebencian kepada yang lain,” tutur mubalig Indonesia tersebut.