Senin 13 Jan 2020 02:00 WIB

Nelayan DIY Libur Melaut karena Gelombang Tinggi

BMKG mengimbau nelayan tak melaut karena gelombang tinggi.

Gelombang ombak tinggi (ilustrasi).
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Gelombang ombak tinggi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Nelayan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baik di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, maupun Kulon Progo libur melaut. Mereka menangguhkan berlayar karena gelombang tinggi di perairan Selatan Yogyakarta.

"Sampai saat ini gelombang masih tinggi, jadi nelayan di DIY belum melaut menunggu kondisi normal," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY, Bayu Mukti Sasongka di Yogyakarta, Ahad (12/1).

Baca Juga

Menurut Bayu, seluruh nelayan di DIY telah diimbau tidak melaut untuk sementara waktu sembari memantau situasi gelombang di perairan laut Selatan dengan mengacu prakiraan dari BMKG.

Hasil prakiraan tinggi gelombang yang dikeluarkan BMKG Cilacap tercatat dalam beberapa hari ini hingga 15 Januari 2020, tinggi gelombang di perairan Selatan Yogyakarta mencapai kategori tinggi yakni 2,5 hingga 4 meter.

Hal ini terlihat dari adanya peningkatan kecepatan angin di Selatan Jawa hingga mencapai maksimum 20 knot . "Nelayan agar mengikuti imbauan dari BMKG bahwa sampai tanggal 15 Januari 2020 terjadi gelombang besar sehingga harus waspada," ujar Bayu.

Meski demikian, Bayu menyebutkan perolehan ikan tangkap laut di DIY selama 2019 cukup memuaskan sesuai dengan target yang dicanangkan sebesar 6.199 ton. Jenis ikan yang banyak ditangkap mulai dari tuna, tongkol, cakalang, hingga ikan lemadang.

Suparyono, seorang nelayan Pantai Congot, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo membenarkan kondisi itu. Ia mengaku saat ini belum beraktivitas mencari ikan di laut sejak lima hari yang lalu. "Bukan hanya saya tetapi hampir semua teman-teman (nelayan) yang lain di sepanjang pantai Selatan," kata dia.

Selain mengacu informasi dari BMKG, Suparyono biasanya selalu memastikan situasi gelombang laut dengan memantau langsung sebelum memutuskan melaut. "Kalau melihat kondisi gelombang sekarang memang belum memungkinkan untuk melaut. Selain itu angin juga kencang dari arah Barat," ungkap dia.

Selama tidak melaut, Suparyono beralih pekerjaan dengan menjadi tukang bangunan di daerahnya untuk sementara waktu. "Seperti ini sudah biasa. Karena tidak melaut, saya sementara jadi tukang bangunan membuat rumah. Teman-teman (nelayan) lainnya ada yang menanam padi di sawah," lanjut dia.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan DIY pada 2018, jumlah nelayan yang tersebar di Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul mencapai lebih dari 3.000 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement