Sabtu 11 Jan 2020 22:54 WIB

Dosen UMM Ciptakan Drone Pertanian Modern

Ada drone yang sekali terbang bisa memetakan sekitar 700 hektare.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Teknisi melakukan uji coba penggunaan wahana tak berawak atau drone untuk menebar benih padi di Persawahan kawasan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6/2019). Drone untuk menebar benih padi di atas sawah tersebut untuk membantu mengurangi beban para petani dan meningkatkan efisiensi pertanian.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Teknisi melakukan uji coba penggunaan wahana tak berawak atau drone untuk menebar benih padi di Persawahan kawasan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6/2019). Drone untuk menebar benih padi di atas sawah tersebut untuk membantu mengurangi beban para petani dan meningkatkan efisiensi pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahono menciptakan tiga jenis pesawat tanpa awak (drone) berteknologi canggih. Teknologi ini ditunjukkan untuk mendukung dunia pertanian Indonesia.

Wahono menjelaskan, drone pertamanya bernama Motodoro MX berjenis Flying Wing. Drone ini mempunyai kemampuan lebih efisien karena sekali terbang bisa memetakan sekitar 700 hektare (ha). Pesawat kedua, Farm Mapper yang memiliki kemampuan terbang serta landing vertikal dengan daya jangkau 400 hingga 500 hektar.

Baca Juga

Ketiga, drone Spraying Robot Indonesia (SRI) yang berfungsi untuk aplikasi pupuk dan pestisida. Aplikasi untuk pupuk dan pestisida oleh SRI ini canggih. Sebab, alat ini bisa menyemprot dalam jumlah yang diperlukan dengan kapasitas 23 liter dan jangkauan 10 ha per satu jam.

"Sedangkan data tanaman yang membutuhkan pupuk serta pestisida itu kita dapatkan dari Farm Mapper maupun Motodoro MX,” kata Wahono.

SRI juga memiliki sistem kerja yang mewakili mata. Dalam hal ini berfungsi melakukan pemilahan atas tanaman yang sehat dan berpenyakit. Hal ini karena SRI memiliki sensor yang lebih presisi dan lebih akurat secara kuantitatif.

“Jadi dari sensor itu bisa menganalisis tingkat kesehatan tanaman, sehingga lebih objektif. Tanpa perlu turun ke lapangan,” ungkap Wahono dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Sabtu (11/1).

Wahono berharap, inovasi dronenya mampu menyelesaikan berbagai persoalan pertanian di Indonesia. Kemudian bisa meningkatkan produktifitas tanaman serta mengefisiensi biaya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko-PMK), Profesor Muhajir Effendy mengaku sangat mengapresiasi temuan dosen UMM. Dia menilai, temuan ini hanya perlu dimanfaatkan di dunia luas. Kemudian bisa diadopsi oleh para petani karena kecepatannya berlipat ganda dibandingkan dengan tenaga manual.  "Saya rasa sudah layak untuk di diseminasikan ke masyarakat dan harus segera dipatenkan,” kata Muhadjir.

Rektor UMM, Fauzan menerangkan, Farm Mapper maupun Motodoro MX telah diproduksi massal sejak awal 2017. Kapasitas produksinya sebanyak 40 buah tiap tahun. Alat tersebut dijual dengah harga dimulai dari Rp 62 juta hingga 250 juta.

Untuk drone SRI, kata Fauzan akan diproduksi masal setelah selesai tahap pengembangan. Menurut Fauzan, temuan drone karya dosen UMM ini akan sangat penting bagi pertanian ke depannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement