Sabtu 11 Jan 2020 17:27 WIB

Iran-AS Memanas, Pakar Sarankan Jangan Dulu Pakai VPN

Pakar siber menyarankan jangan dulu memakai VPN dari negara yang sedang berkonflik

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pakar siber menyarankan jangan dulu memakai VPN dari negara yang sedang berkonflik. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Pakar siber menyarankan jangan dulu memakai VPN dari negara yang sedang berkonflik. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) Pratama Persadha memandang perlu Indonesia mewaspadai perang siber antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Tidak bisa dipungkiri pastinya ada pihak di Tanah Air yang ikut terbawa panasnya suasana. Pakar siber menyarankan jangan dulu memakai VPN dari negara yang sedang berkonflik.

"Yang perlu dilakukan masyarakat adalah menghindari pemakaian VPN (virtual private network) dari negara-negara yang sedang berkonflik beserta sekutunya," kata dosen Etnografi Dunia Maya UGM ini pada Sabtu (11/1).

Baca Juga

Menurutnya saat ini sedang terjadi cyber warfare antara kedua negara tersebut. Menggunakan IP negara berkonflik tidak disarankan demi menghindari adanya serangan malware ke IP negara yang sedang berkonflik. "Serangan malware masif bisa saja terjadi seperti saat wannacry dan nopetya hadir di pertengahan 2017," kata Pratama.

Menyinggung dampak yang mungkin akan terasa di Tanah Air, dia menyebutkan salah satu dampak adalah perang opini di media sosial. Namun, lanjut dia, mengingat Syiah bukan mayoritas muslim di Tanah Air, isu oleh buzzer belum masif sejauh ini. Isu di media sosial banyak bersumber dari media massa mainstream.

Peristiwa ini, kata Pratama, juga menjadi pelajaran bahwa dalam situasi seaman apa pun, para pejabat tinggi dan pengawalnya harus melaksankan prosedur tetap (protap) keamanan. Misalnya, tidak menyalakan GPS di smartphone dan juga wajib berkomunikasi lewat jalur yang aman.

"Serangan kepada Jenderal Qasem Solemani bisa terjadi salah satunya karena pengintaian lewat jalur komunikasi, internet, dan juga info lapangan yang akurat," kata Pratama menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement