Rabu 08 Jan 2020 17:05 WIB

Sepanjang 2019, Wilayah Purbalingga Alami 108 Bencana

Kebanyakan terjadi di awal tahun dan akhir 2019 bersamaan dengan musim pancaroba.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama anggota polisi mengevakuasi warga menggunakan perahu karet di kawasan yang terendam banjir.
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama anggota polisi mengevakuasi warga menggunakan perahu karet di kawasan yang terendam banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Peristiwa bencana yang terjadi sepanjang tahun lalu di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tergolong cukup banyak. Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga, Umar Fauzi menyebutkan, sepanjang 2019 tercatat sebanyak 108 kejadian bencana.

''Karena pada 2019 lebih banyak didominasi musim kemarau, maka bencana yang terjadi lebih banyak kejadian kebakaran. Baik kebakaran hutan maupun kebakaran bangunan warga. Kejadiannya sebanyak 52 kasus,'' jelasnya, Rabu (8/1).

Sedangkan kejadian bencana lainnya, berupa bencana alam. Antara lain, bencana angin ribut sebanyak 24 kali,  banjir empat kali, dan tanah longsor sebanyak 28 kali. ''Kejadian bencana tersebut, kebanyakan terjadi di awal tahun dan akhir 2019 bersamaan dengan musim pancaroba,'' jelasnya. 

Sedangkan pada awal 2020 ini, menurut Fauzi, sudah terjadi beberapa kali kejadian bencana. Antara lain, dua kejadian angin kencang di beberapa desa Kecamatan Kalimanah dan Kemangkon, banjir di Wanogara Kulon Kecamatan Rembang, serta longsor di Desa Ponjen dan Tajug Kecamatan Karanganyar.

Dalam kejadian kebakaran yang terjadi 2019, Umar mengatakan, musibah tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Hanya ada satu orang yang mengalami luka, dan saat ini kondisinya sudah pulih.

Namun dampak kebakaran tersebut, menyebabkan kerugian material yang lumayan besar. Hal ini mengingat jumlah rumah yang terbakar cukup banyak, di mana 90 unit rumah mengalami kerusakan berat, 20 unit rusak sedang, dan lima unit rusak ringan.

''Asumsi kerugiannya mencapai Rp 4,1 miliar. Untuk membantu warga yang mengalami musibah, kami telah mengucurkan dana kurang lebih Rp 66 juta untuk dalam bentuk material bangunan,'' katanya.

Untuk kejadian longsor yang sepanjang 2019 tercatat 28 kejadian, Umar Fauzi menyebutkan, ada sebanyak dua rumah warga yang rusak berat, delapan rusak sedang, dan tujuh rusak ringan. ''Dari jumlah tersebut, nilai kerugiannya mencapai Rp 1,4 miliar dan BPBD telah menyalurkan bantuan senilai Rp 51 juta,'' katanya.

Sedangkan untuk kejadian angin ribut, Umar Fauzi mencatat ada sebanyak 24 kejadian. Dari kejadian sebanyak itu, seorang warga meninggal dan tiga orang mengalami luka. ''Jumlah rumah yang rusak berat tercatat sebanyak 12 unit, rusak sedang 27 unit, rusak ringan 196 unit. Nilai kerugiannya sekitar Rp 728 juta,'' jelas dia.

Menghadapi curah hujan yang tinggi belakangan ini, Umar Fauzi mengajak seluruh komponen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. ''Kami minta masyarakat juga meningkatkan sikap gotong royong, agar saat bencana terjadi bisa bekerja sama untuk mengatasi,'' ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement