REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir belum berdampak terhadap area persawahan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengatakan, belum ada yang terdampak karena secara kebetulan musim tanam berlangsung mundur. "Sebagian besar petani baru mengolah sawah," katanya Widarso di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (7/1)
Menurut dia, luas area persawahan yang telah selesai ditanami sekitar 10 ribu hektare. Persawahan ini menggunakan irigasi teknis dan wilayah tersebut aman dari genangan air saat terjadi cuaca ekstrem khususnya peningkatan curah hujan.
Kendati demikian, dia mengakui jika di Kabupaten Banyumas ada ratusan hektare area persawahan yang rawan banjir. "Area persawahan itu tersebar di Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak, luasannya sekitar 500 hektare. Namun petani setempat sudah terbiasa untuk menyiasatinya dengan menanam bibit padi yang berusia tua sehingga ketika terendam banjir, tanamannya sudah kuat," katanya.
Lebih lanjut, dia mengharapkan hingga akhir Januari, luasan tanam padi di Kabupaten Banyumas sudah 25 ribu hektare dari total luas sawah yang mencapai kisaran 30 ribu hektare. Menurut dia, masa tanam untuk sawah seluas 5.000 hektare diharapkan dapat diselesaikan pada Februari 2020 yang berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG merupakan puncak musim hujan.
"Jadi, sementara ini belum ada area persawahan yang terdampak cuaca ekstrem. Hanya saja yang kami khawatirkan, musim tanam pertama yang mundur dua bulan ini berdampak terhadap musim tanam kedua di mana akan banyak area persawahan yang mengalami kekeringan karena sudah memasuki musim kemarau," katanya.
Disinggung mengenai ketersediaan pupuk bersubsidi pada musim tanam pertama 2019-2020, Widarso memastikan di Kabupaten Banyumas dalam posisi aman.
Menurut dia, hal itu disebabkan masih adanya alokasi pupuk bersubsidi untuk Desember 2019 yang tidak terserap oleh petani sehingga dapat dalihkan untuk memenuhi kebutuhan pada bulan Januari 2020. "Kalau sampai terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi di lapangan, kami akan segera berkoordinasi dengan pihak distributor," katanya.