Senin 06 Jan 2020 18:21 WIB

Cuaca Ekstrem Pengaruhi Tambak di Pesisir Barat Lampung

Tambak di pesisr Barat Lampung terindikasi mengalami booming plankton.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Tambak di pesisr Barat Lampung terindikasi mengalami booming plankton. Foto: Petambak memanen ikan. (ilustrasi)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Tambak di pesisr Barat Lampung terindikasi mengalami booming plankton. Foto: Petambak memanen ikan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Cuaca ekstrem yang terjadi sekarang ini, memengaruhi tambak-tambak udang dan ikan di pesisir barat Lampung. Terjadinya anomali air laut, membuat budi daya udang dan ikan terancam tersebarnya penyakit dan berdampak kematian.

Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) berharap petambak sementara tidak memasukkan air laut ke kolam tambak, karena sedang terjadi anomali air laut. FKPA bekerja sama dengan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) melakukan pengambilan sampel air laut di kawasan pesisir barat Lampung.

Baca Juga

Ketua FKPA Lampung Hanung Hernadi mengatakan, berdasarkan hasil laporan lapangan dan pengamatan langsung serta analisa laboratorium, anomali air di perairan pesisir bBarat Lampung terjadi karena Booming Plankton Dynoflagelta yang didominasi oleh Gonyaulax Sp.

“Jenis ini tidak menghasilkan toksik yang berbahaya bagi manusia, tetapi bagi budi daya cukup berbahaya karena lendir yang dihasilkan menutup insang sehingga biota mengalami kendala dalam menangkap oksigen,” kata Hanung Hernadi di Bandar Lampung, Senin (6/1).

Kepada pembudi daya udang dan ikan yang berada di Pesisir Barat Lampung, untuk tidak memasukan air ke dalam kolam budi daya, jika dominasi plankton jenis tersebut masih terlihat secara visual di perairan. “Dominasi tersebut akan hilang lebih cepat jika sering turun hujan,” katanya.

Sebagai garda terdepan produksi udang dan ikan budi daya, FKPA turut bertanggung jawab kelangsungan budi daya dan produksi udang dan ikan untuk lokal, regional, dan nasional.

FKPA melakukan instruksi kepada semua anggota agar tidak memasukan air laut ke dalam kolam budi daya. Selain itu, memperingatkan  untuk tidak mengkonsumsi kerang-kerangan dan ikan yang keracunan dari perairan yang mengalami anomali.

Tim FKPA menggandeng BBPBL yang dipimpin Muawanah mengambil sampel di beberapa titik perairan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Tim melakukan pengamatan visual perairan, pengambilan sampel air dan pembedahan ikan yang di temukan mati.

Dari pengamatan visual nonlaboratoris terindikasi perairan mengalami booming plankton jenis Dinoflagelta atau sering disebut Red Tide Booming. Sampel air dibawa ke laboratorium BBPBL untuk dianalisis secara mikroskopis, mulai dari biologi dan kimia air.

Pada akhir tahun 2019, dan awal tahun 2020, di jagat media sosial heboh air laut di pesisir barat Lampung menyala berwarna biru pada malam hari, dan siang harinya air laut berbusa banyak menutupi permukaan air. 

BBPBL menyatakan, munculnya fenomena air laut menyala berwarna biru pada malam hari, karena meningkatnya populasi plankton secara masif. Adapun jenis plankton yang menyebabkan timbul dan menyalanya warga biru di permukaan laut yakni plankton jenis Gonyaulax sp. Gonyaulax sp termasuk dalam bioluminescence yang dapat memancarkan cahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement