Ahad 05 Jan 2020 06:50 WIB

Bunga Bangkai di Kebun Raya Bogor Mekar Sempurna

Setelah tahap mekar sempurna usai, bunga tersebut perlahan-lahan menutup.

Bunga bangkai. (ilustrasi)
Foto: ABC
Bunga bangkai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -– Tumbuhan langka bunga bangkai di Kebun Raya Bogor (KRB), Jawa Barat, sedang memasuki fase mekar sempurna. Ketinggian bunga dari tanaman yang memiliki nama ilmiah Amorphophallus titanum itu mencapai 194 sentimeter. Menurut Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R Hendrian, mekarnya bunga bangkai tersebut sudah terjadi sejak Jumat (3/1) pukul 19.30 WIB malam.

“Umbi dari individu yang akan mekar ini diperoleh dari kerja sama LIPI dengan Kebun Raya Liwa, Lampung,” ujar Hendrian kepada awak media di Kebun Raya Bogor, Sabtu (4/1).

Dia menjelaskan, bunga bangkai tergolong tumbuhan langka. Hal itu berdasarkan klasifikasi Badan Konservasi Dunia (International Union for Conservation of Nature/IUCN). Di Indonesia, keberadaan Amorphophallus titanum telah dilindungi melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999.

Mekarnya bunga bangkai, lanjut Hendrian, merupakan fenomena yang menarik. Sebab, setelah tahap mekar sempurna usai, bunga tersebut perlahan-lahan menutup. Bentuknya akan kembali seperti kuncup.

Dalam habitat alaminya, bunga bangkai paling banyak dijumpai di kawasan sejuk atau dataran dengan ketinggian 600 hingga 900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bunga bangkai termasuk suku talas-talasan (Araceae) sehingga memiliki umbi. Uniknya, umbi tersebut berukuran raksasa dengan bobot yang dapat mencapai 117 kilogram.

Hendrian mengatakan, bunga bangkai merupakan tumbuhan asli Indonesia. Spesies itu hanya ditemukan di kawasan hutan Pulau Sumatra. Habitat bunga tersebut saat ini masih menghadapi berbagai ancaman, misalnya perambahan hutan secara ilegal, kerusakan habitat, serta penurunan jumlah populasi serangga penyerbuk dan binatang penebar biji.

Karena itu, LIPI melalui Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya terus mengupayakan kegiatan konservasi dan riset. Menurut Hendrian, hal itu perlu dilakukan agar pembudidayaan bunga bangkai dapat berkelanjutan dan lestari. Salah satu fokus LIPI pada tahun ini ialah konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Tanah Air.

“Beberapa kegiatan eksplorasi juga akan dilakukan untuk meningkatkan secara signifikan jumlah jenis tumbuhan terancam yang terkonservasi secara 'ex-situ' di kebun raya Indonesia,” ujar dia.

Dia menilai, fasilitas penelitian di Kebun Raya Bogor mesti terus dioptimalkan. Pada awal tahun ini, kebun botani itu akan segera dilengkapi dengan rumah kaca dan laboratorium anggrek.

Peneliti bunga bangkai dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI Dian Latifah menjelaskan, Amorphophallus titanum berbeda dengan Rafflesia arnoldii. Akan tetapi, keduanya telanjur dikenal publik dengan sebutan “bunga bangkai.”

Dian menerangkan, Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan pohon inang anggur hutan (Tetrastigma spp). Sementara itu, Amorphophallus titanum memiliki fase daun dan fase bunga yang terjadi tidak secara bersamaan.

Fase daun bunga bangkai dapat mencapai satu hingga dua tahun. Setelah itu, umbi akan memasuki masa istirahat (dorman) yang bisa berlangsung lebih dari satu setengah tahun. Berikutnya, tumbuhan tersebut akan berbunga dan mekar.

Perbungaan Amorphophallus titanum merupakan sekelompok bunga kecil jantan dan betina yang menempel di bagian dasar tongkol. Tongkol atau spadiks itu berwarna kuning dan dikelilingi seludang bunga yang berwarna merah keunguan. Tinggi spadiks, lanjut Dian, dapat mencapai tiga meter. Oleh karena itu, Amorphophallus titanum kerap dijuluki "bunga raksasa."

Bunga jantan dan betina tidak masak bersamaan. Bunga betina masak pada malam hari serta mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Dalam proses ini, peningkatan suhu terjadi pada bagian tongkolnya sehingga kadang-kadang dapat mengeluarkan asap. Adapun bunga jantan masak keesokan harinya.

“Secara alami, bunga bangkai sulit menyerbuk sendiri. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan serangga penyerbuk atau manusia,” ucap Dian.

“Untuk menjaga kelestarian bunga bangkai ini, diperlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat. Misalnya, kultur jaringan dan diikuti reintroduksi di alam,” kata dia menambahkan.

LIPI saat ini telah meneliti unsur-unsur bunga bangkai. Dian mengatakan, umbi dari tanaman itu mengandung glucomannan yang bermanfaat sebagai zat pengental serta jeli kaya serat (dietary fibers). Selain itu, ada pula zat suplemen di dalamnya yang berkhasiat mendukung diet kolesterol, gula darah, dan agen kontrol berat badan manusia. n antara ed: hasanul rizqa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement