Kamis 02 Jan 2020 21:24 WIB

"Dulu Pernah Banjir, Tapi tak Separah Ini"

Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan banyak titik banjir di DKI.

Warga menungsi di Halte Transjakarta Jembatan Baru, Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warga menungsi di Halte Transjakarta Jembatan Baru, Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Mimi Kartika, Ali Yusuf

Lestari (33) tak menyangka memasuki tahun baru, banjir merendam rumahnya di kawasan Kampung Baru, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Saat air hujan mulai memasuki rumahnya pada Rabu (1/1) sore, Lestari dan keluarga sedang berlibur di Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga

"Lagi liburan di Bogor dapat info dari tetangga ternyata rumah sudah kebanjiran," ujar Lestari saat ditemui di Posko Induk Banjir Pemerintah Kota Jakarta Barat di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kamis (2/1).

Ketika pulang dari berlibur, ia tak bisa menjangkau rumahnya karena akses jalan pun terendam banjir di sejumlah titik. Alhasil, mobilnya hanya bisa keluar di Pintu Tol Meruya tetapi tak bisa melintasi jalan raya menuju Kampung Baru.

Ia juga tidak bisa pergi ke rumah orang tuanya di Pesing, Jakarta Barat karena banjir telah mengepung jalan. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidur pada Rabu malam di masjid yang ada di kantor Wali Kota Jakarta Barat.

"Ternyata sampai sini sudah stuck enggak bisa ke mana-mana lagi, sudah banjir. Ke sana, sini sudah engga bisa lagi. Sudah yang paling aman tidur saja di masjid," kata Lestari.

Khawatir dengan kondisi rumahnya, meski jauh, ia dan suami berjalan kaki ke Kampung Baru. Ia mendapati, setengah rumahnya hampir tertutupi air.

Sehingga Lestari pun tak bisa membawa baju bersih barang sehelai pun untuk berganti pakaian. Ia, suami, dua anaknya, dan seorang adiknya, kini hanya menggunakan pakaian yang menempel di tubuhnya dan baju ganti karena dibawa saat berlibur kemarin.

Barang-barang elektronik yang bisa diselamatkan hanya televisi karena letaknya agak tinggi, kini barang berharga itu dititipkan di lantai atas rumah tetangga yang masih aman. Akan tetapi, baju, sofa, kasur, dan perabot lain miliknya terendam banjir.

Dari masjid, ia mendapatkan arahan untuk berpindah ke posko yang sudah didirikan di bagian belakang kantor Wali Kota Jakarta Barat. Kini, Lestari dan keluarganya, ibunya dari Yogyakarta Siti Kholifah (55), serta saudaranya dari luar kota yang ikut berliburan bersama harus ikut mengungsi.

Menurut Lestari, banjir pada 2020 ini merupakan terparah karena ketinggiannya hingga merendam rumahnya. Selama tinggal di Jakarta, ia mengaku tidak pernah sampai mengungsi karena kebanjiran.

"Dulu-dulu sih sudah pernah (banjir), cuma enggak separah ini deh. Saya enggak pernah ngungsi. Dulu perasaan enggak sampai sebesar ini," ungkap dia.

Lestari berharap, kendati pengungsi di kantor Wali Kota Jakarta Barat tak sebanyak di posko kelurahan, keluarga dan pengungsi yang ada di sana tetap diperhatikan. Sebab, ia juga membutuhkan selimut untuk tidur malam nanti dan pakaian ganti, terutama untuk putranya yang masih berusia empat tahun.

"Berharap bantuan cepat ada. Cuma kayaknya kalau kita segini kayaknya mungkin enggak ada. Enggak tahu juga sih. Kita sih berharapnya kalau ada bantuan merata," kata Lestari.

photo
Warga korban banjir menggendong anaknya di tempat pengungsian Gelanggang Remaja Otista, Jakarta Timur,Rabu (1/1).

Sementara itu, menurut Kepala Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jakarta Barat Idris, pengungsi yang berada di posko banjir di kantor Wali Kota Jakarta Barat kurang lebih 30 orang. Sebab, masyarakat terdampak banjir juga mengungsi di posko-posko terdekat yang di bangun di kelurahannya masing-masing.

"Sekitar 30 orang (pengungsi), itu dari masyarakat yang terdekat ya. Mungkin nanti bisa bertambah karena mungkin kenyamanan dan segala macam mungkin. Tapi (pengungsi) baru hari ini masuk (ke posko banjir di kantor Wali Kota Jakarta Barat," kata Idris, Kamis siang.

Selain posko untuk tidur para warga terdampak banjir, di kantor wali kota juga didirikan dapur umum induk sejak Rabu. Menurut Idris, dapur umum itu menyiapkan sekitar 7.000-8.000 nasi bungkus untuk dibagikan ke masyarakat di beberapa kelurahan yang menjadi korban banjir.

Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi tidak memerinci barapa titik banjir di wilayah. Menurut dia, Jakarta Barat termasuk daerah yang pemukimannya banyak terendam air.

"Wah banyak-banyak ada sekitar 30 (titik banjir)," kata Rustam.

Rustam menerima laporan warga  hanyut dan sudah dalam keadaan meninggal. "Ada laporan satu kemarin dan tadi ditemukan karena terperosok ke saluran air di kelurahan Semanan mudah-mudahan tidak ada korban yang lain," kata Rustam.

Rustam mengimbau kepada seluruh orang tua untuk menjaga anak-anaknya, agar tidak main di genangan karena di bawah genangan itu ada salurah air.

"Kita tidak tahu apakah ada saluran dalam yang bisa membahayakan," katanya.

photo
Tips Saat Banjir

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement