REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi pada awal tahun ini di Indonesia dapat terkait dengan krisis iklim global. Seperti banjir yang terjadi di Ibu Kota Jakarta dalam dua hari terakhir menyusul curah hujan tinggi, krisis ekologi yang terjadi disebut telah semakin memperburuk kondisi tersebut.
Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan sejak satu dekade lalu Jawa, pulau di mana Jakarta berada telah dalam kondisi collapse. Ia menilai, tekanan pembangunan dan ekonomi yang ada terus mengikis daya dukung lingkungan hidup, sehingga daya tampung lingkungan tidak lagi mumpuni.
"Pemerintah harus mengetahui bahwa krisis iklim dan ekologi sudah sangat nyata. Artinya, perubahan iklim telah diperparah dengan krisis ekologi yang terjadi,” ujar Tubagus kepada Republika, Kamis (2/1).
Tubagus juga menegaskan, bahwa pemerintah harus mengutamakan keselamatan rakyat. Dengan adanya bencana yang terjadi, diharapkan seluruh warga yang terkena dampak dapat segera mendapatkan bantuan dan evakuasi jika diperlukan.
Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) intensitas curah hujan ekstrem kemungkinan melanda di Indonesia hingga 15 Januari 2020. Potensi hujan ekstrem diprediksi terjadi di wilayah bagian barat dan tengah.
Dampak dari cuaca ekstrem yang terjadi sejak awal tahun baru ini telah mengakibatkan sebagian wilayah di Ibu Kota dan sekitarnya (Jabodetabek) mengalami banjir. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, sejumlah ruas jalan di Jakarta masih terendam banjir dan beberapa mencapai ketinggian hingga 100 cm.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjend Doni Monardo, Kamis (2/1) memimpin langsung Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Dampak Banjir Jabodetabek di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur. Doni menyampaikan bahwa, pemerintah harus fokus untuk mengurus para pengungsi, para korban, termasuk mereka yang mengalami masalah dan kesulitan seperti listrik, air bersih, dan lain-lainya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengumumkan perkembangan prediksi cuaca terkini dan potensi bencana dalam dua pekan ke depan yang patut diwaspadai. Dalam penjelasannya aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada tanggal 10-15 Januari.
Selanjutnya, pergerakan aliran udara basah juga masih akan berlanjut pada Januari akhir hingga pertengahan Februari 2020. "Aliran udara basah masuk ke Indonesia diperkirakan pada tanggal 10-15 Februari 2020 dan siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020," ujar Dwikorita.
Sejumlah wilayah di Indonesia yang diprediksi akan terdampak hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem tersebut menurut pradiksi BMKG meliputi Sumatera bagian tengah, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan hingga tenggara. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk mempersiapkan segala sesuatu sebagai antisipasi kemungkinan bencana yang dapat berpotensi terjadi.