Rabu 01 Jan 2020 01:18 WIB

Pengamat: Natuna, Surga Mencari Ikan Bagi Nelayan

Tidak heran perairan Natuna sering didatangi para nelayan asing untuk mencuri ikan.

Rep: Mabruroh/ Red: Andri Saubani
Pemusnahan barang bukti kapal perikanan pelaku Illegal Fishing di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu, Selat Lampa, Kabupaten Natuna. (ilustrasi)
Foto: dok. KKP
Pemusnahan barang bukti kapal perikanan pelaku Illegal Fishing di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu, Selat Lampa, Kabupaten Natuna. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perairan Natuna menyimpan potensi sumber daya perikanan laut yang luar biasa. Maka tidak heran bila kemudian Natuna menjadi surga ikan bagi para nelayan dalam maupun luar negeri.

“Natuna itu kan laut yang mempunyai potensi perikanan cukup besar, jadi memang menjadi salah satu surga bagi penangkap ikan,” ujar Pengamat Kelautan dari Universitas Diponegoro, Denny Nugroho Sugianto saat dihubungi, Selasa (31/12).

Baca Juga

Natuna kata Denny, juga masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan atau fisheries management areas (WPP) Negera Republik Indonesia. Maka, tidak heran juga kata Denny, bila banyak maling yang ingin mencuri ikan-ikan di laut Natuna.

Ditambah lagi kata dia, armada pengawas untuk kapal-kapal asing yang masuk ke perairan Indonesia saat ini masih terbatas. Indonesia hanya memiliki kapal perang milik TNI Angkatan Laut dan kapal pengawas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Ditambah lagi menurut Denny, teknologi kecepatan kapal yang dimiliki Indonesia belum secanggih kapal-kapal milik China maupun Tailand. Sehingga tidak heran banyak kapal asing yang melakukan pelanggaran di wilayah laut Indonesia.

Kan kita tahu sendiri operasional untuk kapal pengawas kan termasuk sangat mahal dan kita juga teknologinya untuk kapal itu kecepatannya tidak terlalu besar, sehingga begitu kita lengah atau tidak melakukan patroli, kapal-kapal asing bisa melakukan pelanggaran-pelanggaran di wilayah NKRI,” tuturnya.

Oleh karenanya, sistem pemantauan kapal perikanan atau Vessel Monitoring System (VMS) adalah peralatan yang sangat bagus sebagaimana pernah digencarkan mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Tapi sistem VMS ini hanya digunakan oleh kapal-kapal yang berukiran lebih dari 30 gros ton.

“Seharusnya kapal-kapal ini kan memasang VMS karena ketika dipasang kapal-kapal ini bisa dipantau lokasinya di mana. Dulu kan waktu Bu Susi nangkepin (kapal asing) juga kan dari hasil pantauan VMS ini, begitu kelihatan ini milik bendera asing maka dengan cepat kita bisa melacak keberadaan kapal-kapal tersebut,” terangnya.

Seperti diketahui, baru-baru ini perairan Natuna kembali disusupi kapal asing asal China. Kapal-kapal tersebut langsung ditangkap pada Senin (30/12).

Bahkan beredar video yang menunjukkan kehadiran kapal-kapal ikan China yang dikawal kapal coast guard negara tersebut malah mengusir kapal milik nelayan Indonesia. Gambar dalam video itu mengesankan, perairan Natuna seolah-olah masuk wilayah China.

Oleh karena itu, Kemenlu RI telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk menyampaikan protes keras terhadap kejadian tersebut. Nota diplomatik protes juga telah disampaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement