REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, era digital atau 4.0 menuntut adaptasi terhadap disrupsi (pergeseran/perubahan sistem dari cara lama ke cara baru). Termasuk aktifitas di dunia nyata yang beralih ke dunia maya, harus dimanfaatkan untuk hal positif.
Tidak terkecuali, menurut Emil, untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama fakta bahwa Jabar dianugerahi alam yang indah. Oleh karena itu, gubernur yang akrab disapa Emil ini mendorong adanya disrupsi inovasi kekayaan alam Jabar demi kemajuan sektor pariwisata.
“Allah telah menciptakan keindahan alam (Jawa Barat), tinggal kita mampu mengolahnya atau tidak. Kita sebut namanya pariwisata,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat menghadiri acara penutupan Musyawarah Wilayah (Muswil) XVII Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat di Kampus Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Ahad (29/12).
Menurut Emil, ia titip pada pemuda Muhammadiyah untuk mengembangkan rezeki yang sudah ada di depan mata, yaitu keindahan alam. "Itu (bisa) menyejahterakan (masyarakat),” katanya.
Emil mencontohkan, disrupsi sektor pariwisata muncul bersamaan dengan kegemaran masyarakat untuk swafoto (selfie) di tempat wisata. “Ada disrupsi dalam pariwisata, yaitu orang tidak usah berlama-lama. Ke sana (tempat wisata) datang-ngantri, selfie-pulang, bahagia lahir-batin. Kita sebut selfie ekonomi,” katanya.
Contoh lainnya, kata Emil, disrupsi inovasi bidang pariwisata di era digital atau 4.0 ini. Yakni, pemanfaatan rumah warga menjadi homestay. Emil mengatakan, pihaknya akan mengembangkan homestay yang disediakan oleh warga di sekitar lokasi wisata dan bisa dipesan secara online.
“Ekonomi pariwisata ini bisa menjadi tantangan. Sekarang bisa booking, nginepnya di rumah penduduk (homestay). Ini akan saya kembangkan, tidak akan semuanya hotel-hotel (milik) konglomerat,” kata Emil.
Jadi, kata dia, nanti kalau ada program pemerintah (membuat) homestay tinggal menyediakan satu kamar yang bersih dan kamar mandi yang bersih. "Wisatawan itu bosan menginap di hotel, dia (wisatawan) ingin suasana orisinil, suasana kampung, bisa makan pagi dengam pemilik rumah, ngobrol, terus melihat alam. Dan di Kuningan sudah dilaksanakan,” katanya.
Pada Muswil XVII Pemuda Muhammadiyah Jabar kali ini, Emil juga berpesan kepada para pemuda untuk bisa beradaptasi menghadapi tantangan di era disrupsi, salah satunya dengan memanfaatkan platform digital untuk berdakwah.
“Kita ada program dakwah digital, agar anak-anak muda yang semua pegang HP hari ini, otaknya, batinnya diisi hal positif melalui HP,” kata Emil.
Semangat Jabar Juara ini beradaptasi dengan teknologi, kata dia, harus sama praktikkan di kepemudaan Muhammdiyah dengan kebermanfaatan.
Sementara menurut Ketua Formatur Terpilih Pemuda Muhammadiyah Jabar Reza Arfan, berkomitmen untuk melaksanakan kepemimpinan dan kepengurusam Pemuda Muhammadiyah Jabar yang moderat, berdikari, dan kolaborasi. Moderat berarti bersatu untuk mewujudkan peradaban Indonesia yang lebib maju.
“Kemudian kita harus berdikari, mandiri, kaya dengan karya. Semuanya itu untuk kemandirian intelektual sosial, ekonomi, sosial, peradaban, dan kebudayaan,” kata Reza.
Pentingnya kolaborasi, kata dia, semua akan 4.0 pada waktunya. Di era ini tidak ada kompetisi hanya ada kolaborasi. "Ke depan kita akan menyongsong era yang penuh tantangan dan ujian, kita wajib mengembangkan kapasitas dan kemampuan,” katanya.
Dalam empat tahun ke depan, kata dia, Pemuda Muhammadiyah Jabar pun siap berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan menjadi kader yang juara lahir dan batin.
“Bapak Gubernur, empat tahun ke depan kami kader-kader Muhammadiyah siap berkolaborasi, siap menjadi kader-kader yang juara, juara lahir dan batin,” kata Reza.