Ahad 29 Dec 2019 16:29 WIB

139 Desa di Majalengka Rawan Longsor

139 desa rawan longsor di Majalengka ada di 17 kecamatan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Hafil
139 Desa di Majalengka Rawan Longsor. Foto: Ilustrasi longsor
Foto: Antara/Adeng Bustomi
139 Desa di Majalengka Rawan Longsor. Foto: Ilustrasi longsor

REPUBLIKA.CO.ID,MAJALENGKA – Sebanyak 139 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Majalengka rawan longsor. Di musim penghujan ini, bencana longsor pun mulai terjadi.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, 17 kecamatan yang rawan longsor itu, yakni Kecamatan Lemahsugih, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Taaga, Banjaran, Argapura, Maja, Majalengka, Cigasong, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding dan Panyingkiran.

Baca Juga

‘’Kerawanan bencana longsor di daerah-daerah itu masuk kelas bahaya sedang,’’ ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka, Agus Permana, akhir pekan kemarin.

Agus menambahkan, daerah-daerah yang rawan bencana longsor itu terletak di wilayah Majalengka selatan. Wilayah tersebut merupakan dataran tinggi dan memiliki kemiringan lahan yang cukup miring. 

Agus pun mengimbau masyarakat, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana, untuk waspada. Apalagi, saat ini curah hujan mulai mengalami peningkatan.

Tak hanya itu, sebagai langkah antisipasi, BPBD juga sudah memberikan sosialisasi dan latihan penanganan bencana kepada para aparat desa. Dengan demikian, mereka sudah memahami apa yang harus dilakukan jika bencana benar-benar terjadi.

‘’Mereka juga diminta segera melapor kepada kami jika bencana terjadi,’’ tegas Agus. 

Agus menyebutkan, memasuki musim penghujan 2019, bencana longsor sudah terjadi beberapa kali. Untuk sementara ini, longsor terparah terjadi di Blok Tembong Larang, Desa Sadawangi, Kecamatan Lemahsugih, Jumat (27/12) sekitar pukul 11.00 WIB.

Longsor di blok itu terjadi pada tebing, dimana terdapat kebun campuran dan sawah di bagian bawahnya. Tebing yang longsor tersebut diketahui setinggi 200 meter.

‘’Luasan areal yang terdampak material longsor kurang lebih satu hektare,’’ terang Agus.

Agus mengatakan, dugaan sementara penyebab terjadinya longsor itu akibat gangguan kestabilan lereng. Massa tanah yang jenuh oleh kandungan air dari curah hujan yang cukup tinggi, menyebabkan tanah pada lereng mengalami peningkatan massa/berat.

’Massa tanah hasil longsoran dapat kembali bergerak ke arah bawah jika terus menerus terdapat aliran air diatasnya dari curah hujan,’’ kata Agus

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement