REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatra Utara (Sumut) mencatat hingga Jumat (20/12), sebanyak 30 ribu babi mati di Sumut. Angka tersebut menyebar di 16 Kabupaten, yakni di Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Tebing Tinggi, Siantar dan Langkat.
"Tertinggi terjadi kematian babi ada di Dairi, Karo dan Deli Serdang," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Azhar Harahap, Jumat.
Dia mengatakan, selama ini terus melakukan upaya pengendalian penyebaran virus tersebut dengan bio security, yakni mencegah lalu lintas ternak babi, melarang pemindahan ternak babi antardaerah, penyemprotan desinfektan dan pemberian vaksin. "Langkah-langkah hingga saat ini pengendalian tetap kita lakukan," katanya.
Sebelumnya, kematian babi di Sumut diakibatkan virus hog cholera atau kolera babi dan terindikasi African Swine Fever (ASF). Merebaknya virus itu dimulai sejak 25 September yang lalu. Belakangan, beredar salinan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 820/KPTS/PK.320/M/12/2019 tentang pernyataan wabah penyakit ASF di beberapa kabupaten/kota di Sumut.