Selasa 17 Dec 2019 18:36 WIB

Anak Gajah Puan yang Terjerat Kini Terpisah dari Induknya

Anak Gajah Puan minum susu formula dari botol karena terpisah dari induknya.

Anak Gajah Puan yang Terjerat Kini Terpisah dari Induknya. Seekor anak gajah sumatera (ilustrasi).
Foto: Antara/FB Anggoro
Anak Gajah Puan yang Terjerat Kini Terpisah dari Induknya. Seekor anak gajah sumatera (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) yang kakinya terluka akibat jerat pemburu di Provinsi Riau, terpaksa minum susu formula dari botol melalui selang karena terpisah dari induknya.

Gajah betina yang diberi nama Puan itu baru berusia tiga bulan dan kini dirawat di kandang khusus di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, Selasa (17/12). Pawang gajah yang merawatnya membuat alat khusus dari botol air mineral ukuran 1,5 liter yang disambungkan dengan selang ditutupnya.

Baca Juga

Gajah Puan terlihat sangat lahap meminum susu formula. Dalam dua hari ia sudah menghabiskan sekardus susu bubuk isi 900 mililiter. Giginya terlihat belum tumbuh sehingga pawangnya harus melumatkan buah-buahan untuk Puan.

Bayi gajah itu sebelumnya dievakuasi oleh tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau karena kaki kirinya terluka parah akibat jerat yang dipasang pemburu di konsesi hutan tanaman industri PT Rimba Peranap Indah (RPI), di Kabupaten Indragiri Hulu pada 14 Desember 2019. Gajah tersebut terpisah dari induk dan kelompoknya.

"Dengan segala pertimbangan, evakuasi (gajah) itu adalah kejadian yang sangat terpaksa," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono, Selasa (17/12).

Dengan kondisi sudah terpisah lama dari induk dan rombongannya, ia menyebutkan akan sulit bagi gajah Puan untuk bisa diterima lagi di kelompoknya. Apalagi dengan kondisi usianya yang masih tiga bulan dan luka infeksi di kaki kirinya.

"Gajah Puan ini minum susu saja masih didot, makanan masih harus dihaluskan. Kalau kita biarkan di alam kita ragu, apalagi ada infeksi di kakinya sehingga kita putuskan dirawat intensif," kata Suharyono.

Orang Tua Asuh Gajah

Suharyono mengatakan BBKSDA Riau berusaha agar ada kepedulian untuk anak-anak gajah korban jerat berupa gerakan orang tua asuh mereka. Pada kurun tiga tahun terakhir, sudah ada bayi empat gajah sumatera yang terkena jerat dan terpisah dari induknya.

Pada 2018, ada seekor gajah yang diberi nama Indah. Kemudian, pada awal 2019 ada seekor yang diberi nama Togar, dan terakhir Gajah Puan.

"Sampai saat ini kami berusaha menanggung sendiri, sebenarnya kami berharap ada orang tua angkat. Bukan karena negara miskin, karena negara pasti mampu, tapi ada hal ke depannya yang ingin kita lakukan gerakan peduli gajah sumatera sebagai orang tua angkat atau apalah.

Ia mengatakan tujuannya sebagai kampanye kepedulian lingkungan dan satwa karena semakin banyak orang peduli gajah sumatera, diharapkan kondisi satwa terancam punah itu akan semakin baik di habitatnya. "Kami berharap pemegang konsesi atau siapa pun ikut berperan dalam konservasi gajah sumatera ini," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement