Kamis 12 Dec 2019 20:29 WIB

JK Cerita Pengalamannya Mediasi Konflik Poso

Di awal JK terus mendatangi Poso untuk mencari tahu pihak terlibat konflik.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Indira Rezkisari
Jusuf Kalla (JK) adalah sosok di balik mediasi konflik Poso.
Foto: AP/Alastair Grant
Jusuf Kalla (JK) adalah sosok di balik mediasi konflik Poso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla (JK) menceritakan pengalamannya memediasi sejumlah konflik yang pernah terjadi di Indonesia. JK mengatakan, mediator membutuhkan keberanian yang tinggi dibanding para pihak yang berkonflik.

"Menjadi mediator harus di atasnya, kalau Anda di bawahnya, di bawah keberaniannya tidak bisa. Ini prinsip-prinsip pengalaman dalam mengalami konflik dalam menjadi mediator," ujar JK dalam pidatonya di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (12/12).

Baca Juga

Menurut dia, seorang mediator harus memiliki sikap independen dan memahami masalah yang terjadi. JK pun menceritakan salah satu pengalamannya saat menjadi mediator konflik yang terjadi di Poso.

“Kalau horizontal seperti yang saya alami di Poso dan Ambon, itu antara masyarakat, dua pihak. Walaupun dari luar selalu dibayangkan konflik antaragama, padahal sebabnya bukan agama,” kata JK.

Saat dia menangani konflik Poso, JK merupakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang tugasnya menangani para pengungsi yang mencapai 200 ribu jiwa. Oleh karena yang berkonflik antarkelompok masyarakat, maka solusinya adalah dengan pendekatan perdamaian.

JK mengaku terus menerus mendatangi Poso untuk mencari tahu terkait pihak-pihak yang terlibat, dari yang berkelahi sampai komandannya. Hingga akhirnya terjadi deklarasi Malino Satu.

"Saya datang ke Poso, saya harus kenal siapa yang berperan, siapa yang berkelahi dan siapa komandannya. Mereka siap bicara kemudian saya undang ke Malino, kenapa? Karena di sana sejuk dan gampang dikontrol. Akhirnya perdamaian dalam dua hari itu, deklarasi Malino Satu. 15 hari barangkali itu konflik tercepat," ungkap JK.

Namun, JK mengingatkan bahwa mediator juga memiliki risiko dan tanggung jawab setelah melakukan mediasi. Menurut dia, tanggung jawab terhadap penyelesaian konflik terjadi hingga jangka panjang.

"Ada juga sifat mediasi, harus punya risiko.Tanggung jawab itu jangka panjang, jadi hati-hati yang jadi mediator harus siap jangka panjang," kata JK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement